Tenggorokan dan permasalahannya

oleh:  dr. Anggoro Eka Raditya Sp.THT-KL

PERAN TENGGOROKAN

Faring dan laring berperan dalam proses pernafasan. Perjalanan udara saat pernafasan dimulai dengan udara masuk melalui hidung kemudian ke belakang ke bagian faring atas yang bernama nasofaring, udara kemudian ke faring tengah atau orofaring, ke faring bawah yang bernama hipofaring, menuju ke trakea melewati laring sebagai pintu masuknya. Setelah sampai trakea udara mengikuti jalan nafas melewati bronkus menuju paru-paru kanan dan kiri. Di paru-paru inilah terjadi pertukaran udara yaitu oksigen dari udara dengan karbondioksida di darah. Oksigen dibawa darah menuju ke seluruh sel tubuh manusia dan karbondioksida keluar melalui sistem pernafasan tadi menuju hidung. Mekanisme perjalanan arus udara dan pertukaran oksigen dan karbondioksida ini berlangsung secara berkelanjutan selama kehidupan manusia.

Sebagai organ yang sering berhubungan dengan dunia luar, faring mempunyai kerentanan untuk terpapar berbagai kuman, polusi, dan zat iritan yang menyebabkan reaksi pertahanan tubuh melalui udara di hidung dan makanan di rongga mulut. hidung, dan beberapa kelenjar getah  bening  di  leher.  Pada  saat  kondisi   tubuh  baik  dan  berfungsi sebagaimana mestinya semua kuman, polusi, dan zat iritan dapat dinetralkan sehingga tidak menimbulkan gangguan yang mengganggu kualitas hidup. Disaat daya tahan tubuh kurang baik, berbagai ancaman tersebut tidak dapat dieliminasi sehingga menimbulkan reaksi perlawanan dari tubuh. Reaksi ini lah yang kemudian dikenal dengan peradangan atau inflamasi. Saat terjadi reaksi tubuh ini munculah berbagai keluhan dan gejala yang dapat menurunkan kualitas hidup akibat rasa kurang nyaman yang muncul. Untuk meningkatkan kualitas hidup reaksi peradangan ini seharusnya dikurangi atau dihilangkan. Reaksi peradangan ini dapat dikurangi dengan pemberian obat atau zat yang dapat menurunkan reaksi peradangan atau yang dapat menghilangkan penyebab munculnya reaksi peradangan.

  Selain berperan sebagai salah satu organ yang menghantarkan udara pernafasan, salah satu bagian faring yaitu faring tengah yang bernama orofaring berperan juga dalam sistem pencernaan. Literatur lain menyebutkan bagian faring bawah atau hipofaring juga terlibat dalam sistem pencernaan. Sistem pencernaan adalah rangkaian kinerja dari berbagai organ yang tersambung dan berfungsi melakukan pembongkaran  dan pengolahan  bahan makanan 

dari yang kompleks hingga ke paling sederhana sehingga dapat dimanfaatkan tubuh. Proses pengolahan ini memang ternyata tidak seluruhnya dapat dipakai tubuh. Beberapa bagian yang tidak dapat dicerna tubuh akan dikeluarkan dan dibuang dari tubuh. Rangkaian sistem pencernaan ini secara lengkap meliputi mulut, orofaring, hipofaring, kerongkongan atau esofagus, lambung, duodenum, usus halus, usus besar, dan anus.

Mulut merupakan pintu masuk semua makanan dan minuman. Di dalam mulut ini makanan dihancurkan dan dilembutkan. Di dalam mulut ini juga terdapat enzim pencerna karbohidrat, enzim pencerna lemak, dan enzim yang berfungsi sebagai antiseptik membersihkan beberapa kuman yang masuk bersama makanan. Setelah proses dimulus selesai dan makanan menjadi lembut maka dengan memanfaatkan kinerja lidah dan otot di orofaringdan hipofaring makanan lembut ini dimasukkan ke kerongkongan atau esofagus dengan melewati pintu atasnya yang dinamakan sfingter esofagus atas. Setelah makanan lewat pintu atas ini akan tertutup dan otot di kerongkongan akan bergerak secara otomatis menghaluskan kembali makanan yang kemudian dibawa searah menuju lambung melalui pintu  bawah lambung sfingter esofagus bawah. Sfingkter ini akan membuka jika ada makanan dan akan menutup setelah makanan lewat. Hal iniuntuk mencegah terjadinya arus balik dari lambung ke kerongkongan akibat gerakan otot pencernaan yang ada. Di dalam lambung makanan ini akan dipecah lagi sehingga lebih mudah untuk pencernaan selanjutnya melalui gerakan otot lambung dengan dibantu beberapa enzim. Di lambung ini ada asam lambung dan enzim pepsin yang berfungsi untuk mencerna protein disamping berapa enzim lain yang berperan dalam pencernaan seperti lipase untuk mencerna lemak. Asam lambung dan enzim ini yang berpotensi menimbulkan masalah disaat terjadi proses refluks atau arus balik. Setelah proses penghalusan makanan dari mulut hingga lambung maka makanan ini akan berlanjut ke usus halus dengan melewati duodenum. Di dalam duodenum ini hadirlah insulin dari pankreas untuk mencerna zat gula atau karbohidrat. Di dalam usus halus ini lah proses penyerapan zat-zat berguna yang ada dalam makanan. Tidak semua bahan makanan terserap, usus hanya menyerap zat makanan seperlunya saja. Ada beberapa bahan makanan yang tidak dianggap butuh oleh tubuh yang dibiarkan mengikuti arus perjalanan ke usus besar.  

Di dalam usus besar inilah bahan makanan disiapkan usus besar ini ada proses penyerapan beberapa zat makanan yang masih dianggap berguna. Proses persiapan selesai maka bahan makanan yang sampai diakhir usus besar adalah bahan yang siap buang dan tidak layak berada didalam tubuh.

Tenggorokan dan Permasalahannya

Tenggorokan terasa mengganjal, nyeri dan tidak nyaman sering dirasakan pada beberapa orang yang mengalami proses peradangan di tenggorokan. Tenggorokan merupakan ruangan tubuh yang berperan dalam proses pernafasan. Dalam referensi ada yang menyebut tenggorokan adalah organ yang bernama faring dan laring. Tetapi ada pula yang menyebut tenggorokan itu adalah faring saja. Faring merupakan ruangan yang berada dibagian belakang rongga hidung, rongga mulut dan berakhir di atas pita suara. Laring merupakan bagian tubuh dibawah faring yang berada di sekitar pita suara. Pita suara ini merupakan salah satu bagian dari laring. Dibawah laring terdapat trakea, bronkus dan paru-paru. Peradangan di area faring bisa berupa faringitis akut, faringitis kronis, tonsilitis akut, tonsilitis kronis, epiglotitis. Peradangan di area laring bisa berupa laringitis akut, laringitis kronis, atau gangguan dalam mengeluarkan suara, yang meliputi suara serak, suara berubah, dan suara hilang.

Di Amerika Serikat, faringitis terjadi lebih sering terjadi pada anak-anak daripada pada dewasa. Sekitar 15 – 30% faringitis terjadi pada anak usia sekolah, terutama usia 4 – 7 tahun, dan sekitar 10%nya diderita oleh dewasa. Faringitis ini jarang terjadi pada anak sebelum berusia 3 tahun. Penelitian di Korea menyebutkan kejadian Laringitis sebesar 3.513/100.000 penduduk. Kejadian kasus gangguan pada laring ini lebih banyak pada laki-laki tetapi untuk masalah gangguan berusara lebih banyak pada perempuan.

Berdasarkan hasil survey di Indonesia yang dilakukan sejak 4 Desember 2017 hingga tulisan ini dibuat mengenai berbagai  keluhan  yang  dirasakan  pada  kasus  refluks   dan  
cemas, menyebutkan dari 237 responden ditemukan keluhan:
-        tenggorokan mengganjal sebanyak 149 responden (62,87%)
-        tenggorokan nyeri sebanyak 55 responden (23,21%)
-        tenggorokan terasa ada lendir yang mudah dikeluarkan sebanyak 57 responden (24,05%)
-        tenggorokan terasa ada lendir yang sulit dikeluarkan sebanyak 76 responden (32,07%)
-        tenggorok terasa sepet / asam-pahit sebanyak 86 responden (36,29%)
-        tenggorok seperti tercekik 68 responden (28,69%).



I.      SAAT TENGGOROKAN TIDAK IDEAL

Pada suatu kondisi tertentu yang tidak ideal, memungkinkan terjadinya arus balik. Arus sistem pencernaan yang searah dari atas ke bawah atau dari mulut ke tenggorokan ke kerongkongan ke lambung ke duodenum ke usus halus, ke usus besar, dan akhirnya dibuang melalui anus dapat berubah arah. Arus balik ini yang kemudian dinamakan sebagai refluks. Refluks yang terjadi dapat berupa arus baliknya isi lambung ke kerongkongan dan jika lebih jauh bisa sampai tenggorokan bahkan rongga hidung. Adanya benda asing yang tidak seharusnya berada akan menimbulkan reaksi. Reaksi ini merupakan suatu proses pertahanan alami tubuh dan memang proses ini memunculkan signal di tubuh yang kemudian akan diterjemahkan sebagai rasa nyeri, panas, bahkan hingga adanya rasa mengganjal bahkan bisa terjadi hambatan dalam proses menelan. Sesuatu yang tidak pada tempatnya biasanya akan berakibat kurang baik. Seperti yang terjadi dalam tubuh. Saat ada bagian atau zat yang normal disuatu tempat, bisa memunculkan masalah jika berpindah ke tempat lain yang tidak seharusnya berada. Lambung yang berisi asam lambung dan beberapa enzim pencernaan terutama protein tidak menimbulkan masalah di lambung karena ada zat pelindung yang ada di dinding lambung. Sedangkan kerongkongan mempunyai pertahanan yang lebih lemah dibanding lambung. Jadi adanya proses refluks ke kerongkongan ini akan berpotensi menghasilkan reaksi pertahanan di kerongkongan. Reaksi sistem pertahanan yang ada ini akan menimbulkan beberapa efek yang diterjemahkan sebagai sensasi kurang nyaman di area kerongkongan yaitu di sekitar dada bagian tengah. Sensasi yang terjadi biasanya berupa adanya rasa panas di dada. Beberapa orang dapat merasakan adanya sensasi yang mengalir dari ulu ati ke dada. Untuk refluks yang sampai tenggorokan akan bisa merasakan adanya tenggorokan tidak nyaman bahkan kadang merasakan sensasi pahit asam. Ini terjadi karena lidah dan tenggorokan lokasinya berdekatan. Isi lambung yang sampai tenggorokan akan terkena lidah sehingga muncul rasa pahit asam. Pada refluks lebih berat bisa disertai perlukaan di rongga mulut yangkemudian akan muncul sebagai sariawan atau stomatitis. Karena tenggorokan berbatasan dengan pita suara yang mana lokasi pita suara lebih rendah dari tenggorokan maka refluks isi lambung yang di tenggorokan bisa mengenai pita suara dan menyebabkan peradangan pita suara. Peradangan pita suara ini akan menyebabkan perubahan pada suara. Selain itu karena pita suara itu termasuk dalam saluran pernafasan maka peradangan pita suara ini bisa memunculkan juga keluhan atau gejala sesak nafas.

Dinding di tenggorokan lebih sensistif terhadap isi lambung dibandingkan kerongkongan dan lambung sendiri, hal ini yang mendasari adanya kemungkinan kejadian ada refluks sampai ke tenggorokan yang mengiritasi dan bergejala tetapi tidak ada peradangan dan gejala pada area kerongkongan (dada tengah) dan lambung (ulu hati). Sensitifitas terhadap isi lambung ini juga dijumpai pada daerah hidung belakang yang berbatasan dengan faring bagian atas atau nasofaring. Di sekitar nasofaring terdapat saluran yang menghubungkan nasofaring dengan telinga tengah yang bernama saluran eustachius. Peradangan di faring akan meluas ke muara eustachius dapat memperngaruhi kondisi di telinga tengah. Telinga tengah akan terganggu dan dapat ikut meradang akibat kondisi tersebut. Peradangan di telinga tengah ini akan mengganggu proses penghantaran gelombang suara sehingga akan muncul sensasi telinga terasa ada sumbatan dan penurunan pendengaran. Keluhan telinga berdenging atau berdengung dan gangguan keseimbangan dapat juga dapat dirasakan sebagai akibat peradangan di telinga tengah ini.

II.   UPAYA YANG DAPAT DILAKUKAN

Mewujudkan kondisi sehat, ternyata tidak semudah membalikkan telapak tangan. Banyak hal yang mempengaruhi kondisi kesehatan manusia yang berasal dari faktor intern atau dalam diri dan faktor ekstern atau luar diri. Faktor dalam diri yaitu segala sesuatu yang mempengaruhi kesehatan yang berasal dari dalam diri sendiri, dan yang termasuk faktor ini yaitu status gizi, daya tahan, dan genetik atau bawaan lahir. Sedangkan faktor luar diri yaitu segala sesuatu yang mempengaruhi kesehatan yang berasal dari luar diri sendiri, dan yang termasuk faktor ini yaitu lingkungan.

Status gizi berhubungan dengan asupan nutrisi yang masuk kedalam tubuh manusia. Asupan nutrisi dipengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi. Status gizi yang sehat dapat diperoleh dengan memberi asupan nutrisi yang sesuai kebutuhan. Untuk mewujudkan status gizi yang sehat dibutuhkan pengendalian dan pengaturan dalam konsumsi makanan baik itu kualitas maupun kuantitasnya. Makan tidaklah asal kenyang tapi sebaiknya memperhitungkan kandungan nutrisi yang ada didalam makanan tersebut. Untuk menjaga tubuh sehat diperlukan berbagai nutrisi secara beragam yang meliputi karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air. Porsi makan juga sebaiknya disesuaikan kondisi lambung. Tidak baik memenuhi lambung dengan makanan, perlu untuk membagi kapasitas lambung dengan makanan, air, dan udara secara seimbang.Ada banyak pola makan yang diklaim sebagai pola makan sehat tapi tidak semua cocok untuk semua manusia. Perlu pengkajian dan evaluasi pola makan mana yang cocok untuk setiap individu manusia. Adanya konsumsivariasi bahan makanan dengan pengendalian porsi diperlukan untuk menjaga kualitas tubuh manusia untuk tetap sehat.

Kondisi sakit dicegah dengan cara menghalangi proses perusakan oleh benda atau zat yang dapat mengganggu fungsi semua unsur dalam tubuh. Pencegahan dilakukan dengan suatu sistem yang dinamakan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). PHBS mencakup sistem pemeliharaan kualitas kinerja dari semua unsur dalam tubuh baik itu dari faktor internal maupun faktor eksternal. Tindakan yang termasuk dalam PHBS antara lain makan dengan konsep nutrisi sehat atau gizi yang sesuai dengan kebutuhan, manajemen stres, manajemen konflik, pemahaman konsep diri, pendirian rumah sehat, pengendalian polusi, dan pemeliharaan kebersihan lingkungan.

Obat-obatan dari dokter hanya digunakan sebagai pendukung saat tubuh manusia tidak dapat mengendalikan berbagai ancaman dan serangan dan mengurangi ketidaknyamanan akibat reaksi pertahanan tubuh. Saat merasa demam bisa diberikan obat demam, saat nyeri diberikan obat nyeri, saat ditemukan ada peradangan diberi obat anti radang, dan sebagainya. Akan tetapi dalam prakteknya tdak semua keluhan dan gejala itu membutuhkan ubat tersendiri. Gejala itu muncul sebagai akibat reaksi tubuh terhadap serangan atau ancaman yang datang maka untuk dapat mengurangi segala gejala bisa dengan memberi obat untuk menghilangkan serangan atau ancaman yang ada. Misalnya penyebabnya infeksi bakteri jahat maka obat yang sesuai adalah obat untuk menghilangkan bakteri jahat ter sebut yaitu dengan obat yang bernama antibiotik. Ada banyak pilihan antibiotik dengan berbagai cara serangnya terhadap bakteri. Ada yang cara kerjanya merusak dinding sel bakteri, ada pula yang bekerjanya membuat inti sel bakteri salah dalam bekerja, dan beberapa titik tangkap lain di sel bakteri yang menyebabkan kerusakan sistem kinerja sel bakteri dan berujung kematian bakteri. Pemberian antibiotik yang bersifat merusak sel ini harus diberikan hanya jika terindikasi adanya sel bakteri jahat. Oleh karena itu disaat ada keluhan tidak seharusnya mencari antibiotik sebagai solusi. Sebaiknya periksakan ke dokter untuk dinilai letak masalahnya sehingga dapat ditentukan metode terapi yang sesuai. Dalam menentukan letak masalah dan mungkin deteksi permasalahannya seorang dokter membutuhkan data selengkap mungkin yang meliputi data mengenai riwayat penyakit dan data kondisi fisik yang meliputi apa yang tampak mata dan apa yang tidak tampak. Untuk melakukan pemeriksaan kondisi fisik seorang dokter akan melakukan berbagai pemeriksaan fisik menggunakan pancainderanya dan juka tidak dapat ternilai dapat dilakukan sebuah pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan sampel yang ada di tubuh (yaitu darah, lendir/dahak, dan jaringan tubuh), pemeriksaan yang memanfaatkan gelombang cahaya (contohnya rontgen, dan CT Scan), dan pemeriksaanpemeriksaan yang memanfaatkan gelombang suara (contohnya USG, dan MRI).

Setelah semua data pemeriksaan terkumpul, seorang dokter akan menentukan sebuah masalah yang disebut diagnosis. Diagnosis ini bisa merupakan diagnosis pasti ataupun merupakan diagnosis sementara. Beberapa diagnosis bisa memiliki kemiripan data pemeriksaan dan itu dapat membuat seorang dokter kesulitan membuat diagnosis pasti oleh karena itu seorang dokter akan mencantumkan diagnosis sementara atau sebuah alternatif diagnosis yang digunakan sebagai panduan untuk memberikan terapi yang sesuai. Dalam menjalani proses terapi dibutuhkan adanya kesepakatan bersama antara pengguna layanan kesehatan dengan pemberi layanan kesehatan. Terapi yang telah disepakati ini kemudian menjadi sebuah program yang sebaiknya diikuti secara disiplin supaya masalah yang dihadapi dapat terselesaikan. Setelah selesai menjalani program terapi diharapkan adanya evaluasi ulang terhadap proses terapi yang telah dijalankan.