oleh Aprilianto Amir (15 Mei 2018)
Apa yang harus saya ceritakan tentang saya dan anxie?
Bagi saya perjalanan bersama GERD dan anxie adalah suatu perjalanan spiritual. Saya merasa menemukan diri saya yang sebenarnya lewat ‘anugerah’ ini. Dengan GERD, saya baru mulai menyadari betapa lemahnya tubuh ini, dan bahkan lebih lemah lagi jiwa ini. Jiwa yang selama ini merasa begitu berani, begitu sombong menyambut semua hal baru yang bahkan belum pernah dilihat sebelumnya.
GERD mengajarkan saya arti rapuh, bahwa kekuatan dan kemampuan itu berbatas sama seperti hidup. Bahwa tubuh ini juga punya hak-hak yang harus dipenuhi. Bahwa saya punya kewajiban untuk memelihara tubuh dan memenuhi haknya lewat makanan yang tidak hanya halal, tapi juga thayyib (baik). Dan ketika itu semua gagal dipenuhi, ada sebuah konsekwensi yang harus saya bayar seumur hidup.
Saya membayar konsekwensi itu, berbulan-bulan, berikut bunganya yang masih saya bayar hingga sekarang.
Menyesal? Tentu. Marah? Sedikit. Depresi? Mungkin. Tapi yang lebih utama dari itu semua adalah rasa syukur dan terima kasih kepada Allah Azza wa Jalla. Dia menganugerahi saya peringatan ini sebagai tanda kasihNya. Bahwa saya diberi kesempatan untuk memperbaiki diri, menjaga tubuh dan jiwa ini dari kerusakan yang lebih berat. Betapa banyak orang di luar sana yang tidak punya kesempatan seperti saya untuk menjalani hidup dengan lebih baik dan bijak. Alhamdulillah.
Bekal syukur ini juga yang membebaskan saya dari anxiety disorder. Saya menerima ketentuanNya, bahwa hidup ini hanya titipan sementara. Dan ketika saya sudah mampu menghadirkan ikhlas, pasrah dan tawakkal di dalam diri, seiring waktu anxie yang dulu begitu menyiksa bisa saya singkirkan. Sungguh, beragam sensasi itu hanya sebuah permainan pikiran. Pikiran yang tidak ikhlas, pasrah dan tawakkal. Saya tidak boleh kalah!
Saya Aprilianto Amir, penguasa pikiran saya sendiri, saya GERDIans, saya melawan anxie dan saya akan menang!
Salam hangat dari kota hujan Bogor,
Tetap semangat, jangan kasih kendor!