9 Tahun Lulus The University of ‘GERD ‘ Yogyakarta (2007 – 2015)



Oleh: Vera


Mengidentifikasi  dan Awal Timbulnya GERD dan Anxietas
Ada beberapa penyebab yang pada akhirnya saya bisa mengambil kesimpulan mengapa GERD dan kecemasan bisa muncul di kehidupan saya selama kurang lebih 9 tahun lamanya tanpa ada penyelesaiannya secara tuntas. Misalkan toh dinyatakan sembuh, tapi sembuhnya ya gitu gitu aja. Masih sering kambuh dengan sejuta gejala (lebay), kalau lansoprazole dan guarposid sebagai P3K ketinggalan udah belingsatan rasanya kaya kehilangan pacar pertama.
Penyebab pertama adalah unfinished business yang ada dalam pikiran saya, yang mungkin orang melihat cukup aneh tapi ini terpampang nyata di kehidupan saya. Ketidakterimaan saya diciptakan sebagai seorang pengusaha interior yang sudah berdiri sejak 12 tahun yang lalu dan saya selalu meratapi kenapa saya tidak jadi karyawan perusahaan saja atau apalah yang bisa jalan-jalan dan tugas dinas kemanapun secara gratis bersama dengan rekan-rekan di kantor. Aneh ya? Tapi itulah kenyataan yang saya alami. Saya tidak pernah mensyukuri jalan hidup saya yang ternyata begitu nikmat, dengan pekerjaan yang ternyata “oh ini saya banget”.
Penyebab kedua adalah mindset saya yang selalu berpikir bahwa kalau saya udah olahraga, makan sehat, istirahat cukup, itu pasti saya sehat dan nggak mungkin sakit. Bahkan kalau bisa sakit pilek itu jangan sampai, pusing itu harus dicari penyebabnya kenapa kok pusing, pinggang pegel pun harus dicari ke dokter spesialis kenapa pinggang bisa pegel. Aneh lagi ya?. Tapi sekali lagi itu kenyataan dalam hidup saya. Sampai suatu ketika tahun 2007 saya akan menjalani ibadah haji bersama dengan suami. Sekali lagi karena saya perfeksionis yang tidak logis, saya memilih biro yang oh so wow and hitz pada jaman itu, dengan alasan kalau beribadah harus nyaman (aneh lagi ya J).
Terus untuk programnya pun saya memilih yang hanya disana pada saat puncak haji saja, yaitu selama kurang lebih 12 hari dengan alasan mau sidang thesis S2 di Universitas Gadjah Mada biar nggak telat dan masih bisa belajar sepulang haji (aneh lagi kan? Harusnya kalau sudah niat untuk beribadah ya “semeleh” kata orang Jawa). Sekali lagi karena perfeksionis yang tidak logis, persiapan koper dan perlengkapannya sudah detail, bahkan saya pun sudah tahu hari Senen nanti pakai baju apa dan celana dalam yang mana (maha lebay).
Di saat koper sudah siap dikumpulkan ke biro nya, 2 hari sebelum keberangkatan saya stress banget dan mengajak jalan-jalan suami ke mall (waktu itu adalah tahun pertama kami menikah dan belum mempunyai anak). Di salah satu mall di Jogja itu lah, tiba-tiba saya sesak nafas, seperti ada yang mencekik leher, mau muntah tapi tidak ada yang bisa dikeluarkan, kleyangan yang amat sangat sampai mau diambilkan kursi roda oleh pegawai nya tapi saya menolak lalu ingin cepat-cepat keluar dari mall tersebut. Lalu saya diantar ke UGD oleh suami dan dicek keseluruhan sampai jam 12 malam dan tidak ditemukan ada yang sakit dengan organ saya. Tapi gejala kliyengan, dada berat, dan agak sesak nafas masih saja, saya pun sudah berpikiran pasti jantung dan paru-paru saya bermasalah sampai saya mau membatalkan keberangkatan haji saya, tapi dengan bujukan suami akhirnya saya berangkat dengan keadaan yang amat sangat kepayahan secara fisik, lesu, takut, dll.
Di Arab pun, saya tidak pernah jauh-jauh dari dokter kafilah yang kebetulan beliau dokter spesialis jantung wanita berasal dari Jakarta. Bahkan waktu itu pada saat group sedang melakukan umroh sunah yang kedua, saya sudah seperti mau mati di kamar hotel tidak ikut melaksanakan sunah tersebut lalu minta suami untuk menelepon dokter kafilah terebut untuk datang ke kamar saya. Singkat cerita saya bisa menyelesaikan semua rukun haji dengan kondisi fisik yang terbatas dan kondisi mental yang kacau karena ketakutan ada sesuatu yang membahayakan di tubuh saya. Kembali ke Indonesia, then the “long journey” started.

Proses Penolakan dan Ketidakterimaan (Denial and Unacceptance)
Rasa penasaran yang semakin tinggi, kepo maksimal, julid atau apalah istilahnya terhadap apa yang terjadi pada kondisi tubuh saya semakin menggila di tahun 2007 – 2013. Bisa dibayangkan dalam kurun waktu 6 tahun, saya tidak bisa menerima pernyataan dokter –dokter spesialis hebat di Yogyakarta yang menyatakan kalau saya sehat, dengan hasil laboratorium tidak ada yang bintang, hasil CT Scan kepala, CT Scan cervical, hasil MRI, EKG, treadmill, Echo jantung, ENMG, EEG (brain mapping), TCD (usg otak), rontgen, USG abnomen atas, USG abnomen bawah, USG khusus untuk ginjal, tes khusus untuk LUPUS, BERA (tes pendengaran), audiometri (tes pendengaran), tes alergi, tes TORCH dan mungkin berbagai macam tes lainnya yang saya lupa. Lebih gila lagi karena saya tidak percaya dengan hasil laboratorium, saya bisa datang ke Lab Pramita seminggu 3 kali untuk tes yang sama.
Suatu saat saya bertemu dengan salah satu dosen kuliah S1 saya dulu, dan menceritakan semua yang saya alami kepada beliau lalu kemudian disarankan untuk ke dokter gastro ternama di kota Yogya yaitu dr.Sutanto Maduseno SpPD KGEH. Sedikit pencerahan dari beliau setelah dilakukan test endoscopy, dengan hasil gastritis kronis, GERD kronis, esofagitis kronis, dan bakteri pylori negatif. Saya berpikir ah masa asam lambung bisa seperti ini gejala yang dirasakan sekali lagi saya masih kepo, julid dan tidak percaya. Dengan hasil semua yang clean, saya semakin takut malahan, yang tadinya takut sakit berbahaya yang tidak ditemukan, kemudian rasa takut semakin menjalar ke hal yang lain. Untuk keluar kamar takut, bertemu pak satpam yang jaga rumah gemeteran, ada keluarga yang datang kerumah takut, tetangga datang takut, tidak pernah menghadiri berbagai macam undangan karena takut keramaian, takut bersosialisasi dengan teman karena jutaan gejala tadi (lebay) dan saya tidak ingin semua orang tau saya sedang kliyengan, jantung berdebar, tubuh oleng, gemeteran, sesak nafas, leher tercekik, kesemutan, susah menelan, kadang ada tekanan dari perut yang mendorong keatas sangat kuat, seperti ada yang mengganjal di leher, selalu kedinginan, sering buang air kecil dan gejala lainnya yang emejing pokoknya. Ibaratnya whatever you named the symptoms then i said yes i did. Ketakutan saya semakin menjadi karena saya merasakan beberapa gejala progressive contohnya yang tadinya kliyengan, menjadi migraine (nyeri kepala), kemudian menjadi vertigo. Yang tadinya hanya kesemutan di jari kelingking, menjalar ke tangan kanan, lalu sampai lengan, lalu sampai kaki kanan takut stroke mendadak. Believe it or not, you are what you think.
Beruntung apa yang saya khawatirkan selama kurun waktu 2007 – 2013, tidak sepenuhnya terjadi karena Allah masih sayang sama saya. Naudzubillahimindzalik saya tidak sakit kanker seperti yang saya takutkan, saya tidak sakit gagal ginjal, tidak sakit jantung, tidak sakit paru-paru, tidak sakit Lupus dll. Namun saya tetap ditegur oleh Allah atas semua kesombongan dan ketidaklogisan saya supaya saya lekas sadar dan lekas switch untuk kearah yang lebih baik. Akibat dari segala ketakutan itu, daya tahan tubuh menurun, tidak bisa lagi membendung segala virus dan bakteri yang masuk. Yang tadinya tes TORCH saya negatif, pada saat tes ulang 2 tahun kemudian IgM tokso positif, IgG HSV positif, IgG Rubella positif, IgG CMV positif yang artinya saya pernah terpapar virus-virus tersebut namun pada saat kembali di CT Scan kepala ada jejak-jejak virus toksoplasma di otak saya. Dirawat di RS Sardjito selama 12 hari karena radang otak akibat virus-virus tersebut membuat saya “sedikit” berfikir betapa bodohnya saya selama 6 tahun terakhir ini. Kenapa saya tidak pernah percaya hasil lab, hasil konusltasi dokter-dokter hebat, kenapa saya malah ingin ditemukan sakitnya? Dan benar “you are what you think” telah terjadi dalam kehidupan saya. Belum cukup lagi, setelah selesai sakit itu, pada saat usg ulang khusus untuk ginjal, dokter urolog bilang ada radang ginjal (nefritis). Beruntung dicek lebih awal sehingga bisa dilakukan pengobatan segera. Padahal sebelumnya pernah di USG ginjal hasilnya baik-baik saja namun karena saya berpikir ginjal saya bermasalah dan dalam waktu yang cukup lama, terjadi betul masalah pada ginjal tersebut. Alhamdulillah sekali lagi Allah masih sayang sama saya tidak sampai ke gagal ginjal naudzubillahimindzalik. Belum lagi penyakit-penyakit ringan yang setia menghampiri seperti mudah pilek, batuk, demam, migrain dll yang dikarenakan daya tahan tubuh selalu drop akibat kecemasan tinggi.
Proses Mencari Kesembuhan
Perjalanan masih berlanjut untuk mencari kesembuhan dari berbagai metode baik dari medis maupun alternatif. Karena saking banyaknya gejala yang dirasakan, berobatnya pun juga berbeda-beda sesuai dengan masing-masing gejala tersebut. Mulai dari obat-obatan yang diminum yang berasal dari banyak dokter seperti dokter syaraf (saya ada 4-5 dokter syaraf yang berbeda), dokter KGEH (ada  4 dokter), pskiater (2 dokter), hypnotherapist (ada 2 orang), psikolog (ada 3 orang), dokter urolog dan ginjal (2 dokter), dokter jantung (4 dokter), dokter THT (4 dokter), dokter penyakit dalam sub penyakit tropis (1 dokter).
Dari segi non medis saya juga rutin mengunjungi ahli urut yang konon katanya dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit, yang rutin saya kunjungi seminggu tiga kali padahal jarak tempuh dari rumah lumayan jauh, kemudian berkurang menjadi seminggu 2x lalu seminggu sekali kurang lebih selama hampir 1 tahun lamanya. Namun itupun hanya sedikit progres kesembuhan yang saya rasakan kemudian saya tidak melanjutkan kembali. Belum lagi vitamin-vitamin yang saya minum dari penawaran MLM yang harganya selangit juga saya coba, yang ternyata malah membuat kondisi lambung saya semakin buruk. Jika habis minum vitamin tersebut langsung sesak nafas, lambung perih, tambah kleyengan dll.
Proses Menerima (Acceptance) dan Kesembuhan
Awal mula dari proses Acceptance saya adalah ketika dalam kondisi setengah sembuh, dokter obsgyn saya mengatakan hasil test TORCH (virus) saya aman, saya beranikan untuk kembali menjalani program hamil dengan selisih 7 tahun dari anak saya yang pertama. Karena saya berpikir, saya sudah keburu tua umurnya, di saat kondisi anak saya yang pertama sudah sangat menginginkan seorang adik. Dengan kondisi gejala-gejala yang masih muncul, modal nekat, dan berdoa akhirnya 2 bulan kemudian saya hamil setelah melepas alat kontrasepsi. Antara senang, takut, gemeteran dsb campur aduk menjadi satu.
Awal kehamilan pun sangat berat dikarenakan kondisi GERD kronis yang sedang saya alami. Saya mengalami hiperemesis (muntah hebat), hipersalivasi (produksi air liur berlebih), migrain, lambung perih yang amat sangat, selalu kedinginan, tidak ada satupun vitamin untuk ibu hamil yang bisa saya minum, kurang lebih hampir 7 bulan usia kehamilan saya hanya berbaring di tempat tidur. Nah selama kurun waktu 7 bulan bedrest tersebut, walaupun dengan malas karena saya sudah bosan browsing-browsing tentang GERD, atas ijin Allah saya menemukan group GAI dari google kemudian saya mencoba bergabung sambil menunggu approval dari moderator GAI. Setelah approved, barulah saya bisa membuka-buka file di GAI, membaca timeline dan komen teman-teman yang mengalami hal seperti saya, mendalami nasihat-nasihat dari para admin GAI yang sudah sembuh, akhirnya saya seharian bisa full pegang handphone untuk baca-baca semuanya kurang lebih hampir satu minggu. Kadang diselingi dengan rasa geli, kok ternyata sama ya ketakutan-ketakutan yang pernah saya alami, kok sama ya jutaan gejala-gejala yang pernah saya rasakan. Setelah saya full satu minggu membaca dan mempelajari, mulai terbukalah pikiran saya untuk belajar menerima dan bersyukur kalau ternyata saya salah satu dari sekian belas ribu anggota GAI pilihan Allah dengan penyakit GERD dan anxietas ini.
Sedikit demi sedikit, saya mulai belajar untuk “berdamai” bahkan kadang saya berimajinasi untuk menjadikan GERD dan kecemasan ini adalah sahabat saya. Kadang saya hanya menyapa sekedar say hello “apa kabar lambungku sayang?”, “apa kabar cemasku sayang?” dan lain sebagainya dengan kata-kata dan kalimat yang halus. Padahal sebelumnya saya selalu menulis di notes handphone jika sedang kambuh dengan kalimat “dang you GERD”, “I hate you gastro”, “you have ruined my whole life”, “i will kill you GERD” dsb. Ternyata apa yang kau ucap semesta akan mengarah ke dalamnya dengan power yang sangat kuat yang kemudian GERD itu menjadi semakin menjadi, kecemasan juga selalu datang. Setelah saya sudah terbiasa menyapa dengan kalimat yang halus tadi, saya berusaha dengan sangat berat menggerakkan tubuh saya untuk mencoba membuat herbal tea seperti yang sudah disarankan di file group, dengan berbagai tanda tanya di pikiran saya “ini minuman apaan sih? Aneh banget. Pakai bumbu dapur pula” karena saya paling anti sama yang namanya jamu-jamuan. Akhirnya sedikit demi sedikit saya minum sambil “berusaha” mensugesti pikiran kalau itu “nikmat”, “menyembuhkan”, “baik untuk kesehatan” dll.
Dalam kondisi hamil ada yang melarang untuk minum kunyit karena konon bisa menyebabkan keguguran. Namun setelah saya googling banyak-banyak, jika memang belum pernah mengalami keguguran, janin di usg dalam kondisi baik, dan hanya minum kunyit direbus sebesar dua ruas jari ya tidak akan berpengaruh terhadap kehamilan. Apalagi dilihat dari manfaatnya banyak sekali seperti sebagai antibiotik alami, anti radang alami dsb bisa dibaca-baca di file group. Kalau bagi saya waktu itu yang saya tahu hanya aman diminum waktu hamil (nyatanya saya juga alhamdulillah tidak keguguran, air ketuban juga bersih, janin normal). Rutin minum sehari dua kali selama dua minggu, makan makanan yang disarankan di file group GAI seperti sayuran (direbus 2 menit), sarapan buah, minum jus ditelan pelan-pelan supaya bercampur dengan enzim  dulu, makan dikunyah dengan pelan, berjemur, dll.
Amazingly saya mengalami perbaikan yang signifikan terutama dari kondisi fisik, seperti gejala-gejala yang semakin menghilang, rasa percaya diri sedikit demi sedikit tumbuh, rasa yakin kalau ternyata saya bisa sembuh, rasa tidak sendiri dan jadi orang paling merana sedunia karena ternyata buanyak sekali orang-orang yang hidupnya seperti saya akibat GERD dan anxietas ini. Setiap hari secara otomatis “rasa-rasa” tadi muncul sendiri setelah sedikit demi sedikit fisik merasa lebih nyaman. Saya juga mencoba mengkonsumsi jus sayur “cursen” seperti yang disarankan di group. Karena kondisi hamil saya dibatasi untuk memakan yang mentah-mentah, saya membeli bayam, kobis dan timun yang organik kemudian saya rendam memakai cuka apel dan juga garam supaya tetap aman. Alhamdulillah janin saya sehat, tidak bermasalah, air ketuban tidak keruh dan yang paling penting saya tetap bahagia karena fisik terasa lebih nyaman. Kurang lebih selama 3 bulan full saya rutin mengkonsumsi herbal tea, jus sayur, sarapan buah, berjemur, olahraga ringan, makan tidak terburu-buru, saya bisa bilang kondisi saya sehat 99.9%. Jika ada yang khawatir apakah aman untuk ginjal minum herbal tea terus menerus? Saya adalah salah satu bukti yang mengatakan kalau Yes aman, karena setelah rutin konsumsi saya juga rutin cek laboratorium kondisi ureum dan creatinin ginjal saya dalam batas normal.
Bisa dibayangkan dari 9 tahun mengalami, dalam waktu 3 bulan saya rutin melakukan aktivitas seperti yang sudah disarankan di group, dan saya bisa sembuh. Proses melahirkan pun jadi semakin percaya diri, dan tidak ada masalah yang cukup berarti, janin dan ibu dalam kondisi sehat. Yang perlu “dipahami” dan “diterima” adalah ketika kita sudah mengalami GERD dan kecemasan, PASTI akan ada masa-masa kambuh suatu waktu dan itu wajar. Yang paling penting adalah syukuri dan selalu mengingat masa-masa sembuh daripada masa-masa kambuh dan segera untuk switch pikiran dan kembali melakukan aktivitas dan minum sesuai yang disarankan diatas.
Pada saat kambuh, “menerima” adalah hal paling pertama yang harus dilakukan. Jangan marah, jangan mengeluh apalagi mengeluarkan kata-kata yang tidak baik terhadap penyakit ini. Kemudian segeralah membikin herbal tea, jus sayur dan minum madu sebelum tidur. Jika masih saja mengganggu, minum segera PPI yang biasa diminum apa (omeprazole, lansoprazole, pantoprazole, ataupun esomeprazole/nexium). Tidak perlu mengeluh “yahh minum obat lagi” karena itu pantang bagi kita penderita GERD sehingga obat tersebut tidak akan bereaksi ke tubuh dan hanya mengotori tubuh saja. Biarkan obat bekerja membantu menstabilkan metabolisme pencernaan yang sedang eror. Jika keadaanya membaik jangan lupa untuk “bersyukur” dengan kalimat-kalimat yang baik seperti “terima kasih Tuhan karena lewat herbal tea, jus sayur, madu, obat-obatan yang sudah diresepkan dokter, Engkau membuat tubuhku menjadi lebih nyaman”.
Positivie Thinking dan Bersyukur (Pola Pikir), Olah Raga (Pola Hidup), Herbal Tea, Sayur Buah (Pola Makan)
Dari uraian panjang saya diatas, ternyata apa yang saya lakukan untuk kesembuhan memang sesuai dengan teori 3P yang dianjurkan di group GAI ini.
P yang pertama, Pola Pikir. Bisa diingat bagaimana cara saya untuk berusaha “menerima” sakit ini, kemudia menyapa lambung, menyapa kecemasan dan menyapa gejala-gejala GERD dan anxietas dengan kalimat-kalimat yang lembut. Tidak sedikutpun kata-kata keluhan dan benci kembali saya ucapkan seperti yang sudah saya lakukan selama 9 tahun ini. Rasa syukur dan terima kasih pada Sang Pencipta dengan kalimat-kalimat yang baik juga masuk kedalam kategori Pola Pikir ini. Lalu kemudian rasa yakin jika sakit ini adalah hadiah bagi orang-orang terpilih, rasa percaya diri jika saya dapat mengalahkan GERD dan anxietas ini ternyata memang dahsyat sekali menggerakkan semua tubuh dan pikiran kita untuk kearah yang lebih baik.
P yang kedua yaitu Pola Hidup. Yang sudah saya lakukan hanya dari bisa berjemur, kemudian berjalan kaki, lalu saat ini saya sudah bisa lari sprint, bahkan angkat beban pada saat ngegym cocok juga dengan Pola Hidup yang disarankan di group GAI. Untuk ukuran saya saat ini, saya pun pernah mencoba 30 day nonstop workout challenge karena merasa kondisi sudah sangat fit. Untuk rutinitas, olahraga seminggu 3 kali sangat membantu membuat tubuh saya lebih bugar mulai dari ngegym, aerobik, yoga, berenang ataupun lari.
P yang terakhir adalah Pola Makan seperti yang sudah saya lakukan di uriaian diatas, yaitu rutin herbal tea sehari 2 kali untuk proses kesembuhan, jus sayur sehari sekali, sarapan buah di pagi hari, minum madu hangat sebelum tidur, sedikir karbo dan perbanyak sayur dan protein, menghindari sebisa mungkin goreng-gorengan, tidak mengkonsumsi processed food seperti nugget, sosis, kornet dll, sebisa mungkin menghindari roti yang berbahan gluten (apalagi saya sedang program penurunan berat badan setelah melahirkan).
Bersyukur teramat sangat dengan kondisi fisik yang lebih kuat dan kondisi mental yang semakin percaya diri saya sudah bisa melakukan aktivitas yang berat, bahkan saya sudah berani naik pesawat sendiri setelah 7 tahun lebih saya sama sekali tidak pernah melakukannya, sudah berani menyetir sendiri keluar kota, sudah percaya diri untuk minum kopi setelah 9 tahun saya tinggalkan (asalkan kopi hitam jenis arabica tanpa creamer dan susu) dan lain sebagainya. Jika suatu saat muncul kembali, ingat itu adalah wajar dan jangan mau untuk kembali digiring ke pikiran-pikiran yang buruk seperti yang dulu pernah saya alami. Cepat-cepat alihkan lalu segera membuat pertolongan (herbal tea, jus sayur dll) supaya fisik kita kembali fit dan pikiran-pikiran yang buruk tidak mengikuti kembali.
Bagi teman-teman yang masih berjuang, sabar dan iklas menerima, karena anda tidak sendiri dan yakinkan jika anda semua dan juga saya adalah orang-orang pilihan Allah diberikan sakit ini.