Oleh: Vera
Mengidentifikasi dan Awal Timbulnya GERD dan Anxietas
Ada beberapa penyebab yang pada akhirnya saya bisa mengambil kesimpulan
mengapa GERD dan kecemasan bisa muncul di kehidupan saya selama kurang lebih 9
tahun lamanya tanpa ada penyelesaiannya secara tuntas. Misalkan toh dinyatakan
sembuh, tapi sembuhnya ya gitu gitu aja. Masih sering kambuh dengan sejuta
gejala (lebay), kalau lansoprazole dan guarposid sebagai P3K ketinggalan udah
belingsatan rasanya kaya kehilangan pacar pertama.
Penyebab pertama adalah
unfinished business yang ada dalam pikiran saya, yang mungkin orang melihat
cukup aneh tapi ini terpampang nyata di kehidupan saya. Ketidakterimaan saya
diciptakan sebagai seorang pengusaha interior yang sudah berdiri sejak 12 tahun
yang lalu dan saya selalu meratapi kenapa saya tidak jadi karyawan perusahaan
saja atau apalah yang bisa jalan-jalan dan tugas dinas kemanapun secara gratis
bersama dengan rekan-rekan di kantor. Aneh ya? Tapi itulah kenyataan yang saya
alami. Saya tidak pernah mensyukuri jalan hidup saya yang ternyata begitu
nikmat, dengan pekerjaan yang ternyata “oh ini saya banget”.
Penyebab kedua
adalah mindset saya yang selalu berpikir bahwa kalau saya udah olahraga, makan
sehat, istirahat cukup, itu pasti saya sehat dan nggak mungkin sakit. Bahkan
kalau bisa sakit pilek itu jangan sampai, pusing itu harus dicari penyebabnya
kenapa kok pusing, pinggang pegel pun harus dicari ke dokter spesialis kenapa
pinggang bisa pegel. Aneh lagi ya?. Tapi sekali lagi itu kenyataan dalam hidup
saya. Sampai suatu ketika tahun 2007 saya akan menjalani ibadah haji bersama
dengan suami. Sekali lagi karena saya perfeksionis yang tidak logis, saya
memilih biro yang oh so wow and hitz pada jaman itu, dengan alasan kalau
beribadah harus nyaman (aneh lagi ya J).
Terus untuk
programnya pun saya memilih yang hanya disana pada saat puncak haji saja, yaitu
selama kurang lebih 12 hari dengan alasan mau sidang thesis S2 di Universitas
Gadjah Mada biar nggak telat dan masih bisa belajar sepulang haji (aneh lagi
kan? Harusnya kalau sudah niat untuk beribadah ya “semeleh” kata orang Jawa).
Sekali lagi karena perfeksionis yang tidak logis, persiapan koper dan
perlengkapannya sudah detail, bahkan saya pun sudah tahu hari Senen nanti pakai
baju apa dan celana dalam yang mana (maha lebay).
Di saat koper sudah siap
dikumpulkan ke biro nya, 2 hari sebelum keberangkatan saya stress banget dan
mengajak jalan-jalan suami ke mall (waktu itu adalah tahun pertama kami menikah
dan belum mempunyai anak). Di salah satu mall di Jogja itu lah, tiba-tiba saya
sesak nafas, seperti ada yang mencekik leher, mau muntah tapi tidak ada yang
bisa dikeluarkan, kleyangan yang amat sangat sampai mau diambilkan kursi roda
oleh pegawai nya tapi saya menolak lalu ingin cepat-cepat keluar dari mall
tersebut. Lalu saya diantar ke UGD oleh suami dan dicek keseluruhan sampai jam
12 malam dan tidak ditemukan ada yang sakit dengan organ saya. Tapi gejala
kliyengan, dada berat, dan agak sesak nafas masih saja, saya pun sudah
berpikiran pasti jantung dan paru-paru saya bermasalah sampai saya mau
membatalkan keberangkatan haji saya, tapi dengan bujukan suami akhirnya saya
berangkat dengan keadaan yang amat sangat kepayahan secara fisik, lesu, takut,
dll.
Di Arab pun, saya tidak pernah jauh-jauh dari dokter kafilah yang
kebetulan beliau dokter spesialis jantung wanita berasal dari Jakarta. Bahkan
waktu itu pada saat group sedang melakukan umroh sunah yang kedua, saya sudah
seperti mau mati di kamar hotel tidak ikut melaksanakan sunah tersebut lalu
minta suami untuk menelepon dokter kafilah terebut untuk datang ke kamar saya. Singkat
cerita saya bisa menyelesaikan semua rukun haji dengan kondisi fisik yang
terbatas dan kondisi mental yang kacau karena ketakutan ada sesuatu yang
membahayakan di tubuh saya. Kembali ke Indonesia, then the “long journey”
started.
Proses Penolakan dan
Ketidakterimaan (Denial and Unacceptance)
Rasa penasaran yang semakin tinggi, kepo maksimal, julid atau apalah
istilahnya terhadap apa yang terjadi pada kondisi tubuh saya semakin menggila
di tahun 2007 – 2013. Bisa dibayangkan dalam kurun waktu 6 tahun, saya tidak
bisa menerima pernyataan dokter –dokter spesialis hebat di Yogyakarta yang
menyatakan kalau saya sehat, dengan hasil laboratorium tidak ada yang bintang,
hasil CT Scan kepala, CT Scan cervical, hasil MRI, EKG, treadmill, Echo
jantung, ENMG, EEG (brain mapping), TCD (usg otak), rontgen, USG abnomen atas,
USG abnomen bawah, USG khusus untuk ginjal, tes khusus untuk LUPUS, BERA (tes
pendengaran), audiometri (tes pendengaran), tes alergi, tes TORCH dan mungkin
berbagai macam tes lainnya yang saya lupa. Lebih gila lagi karena saya tidak
percaya dengan hasil laboratorium, saya bisa datang ke Lab Pramita seminggu 3
kali untuk tes yang sama.
Suatu saat saya bertemu dengan salah satu dosen
kuliah S1 saya dulu, dan menceritakan semua yang saya alami kepada beliau lalu
kemudian disarankan untuk ke dokter gastro ternama di kota Yogya yaitu
dr.Sutanto Maduseno SpPD KGEH. Sedikit pencerahan dari beliau setelah dilakukan
test endoscopy, dengan hasil gastritis kronis, GERD kronis, esofagitis kronis,
dan bakteri pylori negatif. Saya berpikir ah masa asam lambung bisa seperti ini
gejala yang dirasakan sekali lagi saya masih kepo, julid dan tidak percaya. Dengan
hasil semua yang clean, saya semakin takut malahan, yang tadinya takut sakit
berbahaya yang tidak ditemukan, kemudian rasa takut semakin menjalar ke hal
yang lain. Untuk keluar kamar takut, bertemu pak satpam yang jaga rumah
gemeteran, ada keluarga yang datang kerumah takut, tetangga datang takut, tidak
pernah menghadiri berbagai macam undangan karena takut keramaian, takut
bersosialisasi dengan teman karena jutaan gejala tadi (lebay) dan saya tidak
ingin semua orang tau saya sedang kliyengan, jantung berdebar, tubuh oleng,
gemeteran, sesak nafas, leher tercekik, kesemutan, susah menelan, kadang ada
tekanan dari perut yang mendorong keatas sangat kuat, seperti ada yang
mengganjal di leher, selalu kedinginan, sering buang air kecil dan gejala
lainnya yang emejing pokoknya. Ibaratnya whatever you named the symptoms then i
said yes i did. Ketakutan saya semakin menjadi karena saya merasakan beberapa
gejala progressive contohnya yang tadinya kliyengan, menjadi migraine (nyeri
kepala), kemudian menjadi vertigo. Yang tadinya hanya kesemutan di jari
kelingking, menjalar ke tangan kanan, lalu sampai lengan, lalu sampai kaki
kanan takut stroke mendadak. Believe it or not, you are what you think.
Beruntung apa yang saya khawatirkan selama kurun waktu 2007 – 2013, tidak
sepenuhnya terjadi karena Allah masih sayang sama saya. Naudzubillahimindzalik
saya tidak sakit kanker seperti yang saya takutkan, saya tidak sakit gagal
ginjal, tidak sakit jantung, tidak sakit paru-paru, tidak sakit Lupus dll.
Namun saya tetap ditegur oleh Allah atas semua kesombongan dan ketidaklogisan
saya supaya saya lekas sadar dan lekas switch untuk kearah yang lebih baik. Akibat
dari segala ketakutan itu, daya tahan tubuh menurun, tidak bisa lagi membendung
segala virus dan bakteri yang masuk. Yang tadinya tes TORCH saya negatif, pada
saat tes ulang 2 tahun kemudian IgM tokso positif, IgG HSV positif, IgG Rubella
positif, IgG CMV positif yang artinya saya pernah terpapar virus-virus tersebut
namun pada saat kembali di CT Scan kepala ada jejak-jejak virus toksoplasma di
otak saya. Dirawat di RS Sardjito selama 12 hari karena radang otak akibat
virus-virus tersebut membuat saya “sedikit” berfikir betapa bodohnya saya
selama 6 tahun terakhir ini. Kenapa saya tidak pernah percaya hasil lab, hasil
konusltasi dokter-dokter hebat, kenapa saya malah ingin ditemukan sakitnya? Dan
benar “you are what you think” telah terjadi dalam kehidupan saya. Belum cukup
lagi, setelah selesai sakit itu, pada saat usg ulang khusus untuk ginjal,
dokter urolog bilang ada radang ginjal (nefritis). Beruntung dicek lebih awal
sehingga bisa dilakukan pengobatan segera. Padahal sebelumnya pernah di USG
ginjal hasilnya baik-baik saja namun karena saya berpikir ginjal saya
bermasalah dan dalam waktu yang cukup lama, terjadi betul masalah pada ginjal
tersebut. Alhamdulillah sekali lagi Allah masih sayang sama saya tidak sampai
ke gagal ginjal naudzubillahimindzalik. Belum lagi penyakit-penyakit ringan
yang setia menghampiri seperti mudah pilek, batuk, demam, migrain dll yang
dikarenakan daya tahan tubuh selalu drop akibat kecemasan tinggi.
Proses Mencari Kesembuhan
Perjalanan masih berlanjut untuk mencari kesembuhan dari berbagai
metode baik dari medis maupun alternatif. Karena saking banyaknya gejala yang
dirasakan, berobatnya pun juga berbeda-beda sesuai dengan masing-masing gejala
tersebut. Mulai dari obat-obatan yang diminum yang berasal dari banyak dokter
seperti dokter syaraf (saya ada 4-5 dokter syaraf yang berbeda), dokter KGEH
(ada 4 dokter), pskiater (2 dokter),
hypnotherapist (ada 2 orang), psikolog (ada 3 orang), dokter urolog dan ginjal
(2 dokter), dokter jantung (4 dokter), dokter THT (4 dokter), dokter penyakit
dalam sub penyakit tropis (1 dokter).
Dari segi non medis saya juga rutin mengunjungi
ahli urut yang konon katanya dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit, yang
rutin saya kunjungi seminggu tiga kali padahal jarak tempuh dari rumah lumayan
jauh, kemudian berkurang menjadi seminggu 2x lalu seminggu sekali kurang lebih
selama hampir 1 tahun lamanya. Namun itupun hanya sedikit progres kesembuhan
yang saya rasakan kemudian saya tidak melanjutkan kembali. Belum lagi
vitamin-vitamin yang saya minum dari penawaran MLM yang harganya selangit juga
saya coba, yang ternyata malah membuat kondisi lambung saya semakin buruk. Jika
habis minum vitamin tersebut langsung sesak nafas, lambung perih, tambah
kleyengan dll.
Proses Menerima (Acceptance)
dan Kesembuhan
Awal mula dari proses Acceptance saya adalah ketika dalam kondisi
setengah sembuh, dokter obsgyn saya mengatakan hasil test TORCH (virus) saya
aman, saya beranikan untuk kembali menjalani program hamil dengan selisih 7
tahun dari anak saya yang pertama. Karena saya berpikir, saya sudah keburu tua
umurnya, di saat kondisi anak saya yang pertama sudah sangat menginginkan
seorang adik. Dengan kondisi gejala-gejala yang masih muncul, modal nekat, dan
berdoa akhirnya 2 bulan kemudian saya hamil setelah melepas alat kontrasepsi.
Antara senang, takut, gemeteran dsb campur aduk menjadi satu.
Awal kehamilan
pun sangat berat dikarenakan kondisi GERD kronis yang sedang saya alami. Saya
mengalami hiperemesis (muntah hebat), hipersalivasi (produksi air liur
berlebih), migrain, lambung perih yang amat sangat, selalu kedinginan, tidak
ada satupun vitamin untuk ibu hamil yang bisa saya minum, kurang lebih hampir 7
bulan usia kehamilan saya hanya berbaring di tempat tidur. Nah selama kurun
waktu 7 bulan bedrest tersebut, walaupun dengan malas karena saya sudah bosan
browsing-browsing tentang GERD, atas ijin Allah saya menemukan group GAI dari
google kemudian saya mencoba bergabung sambil menunggu approval dari moderator
GAI. Setelah approved, barulah saya bisa membuka-buka file di GAI, membaca
timeline dan komen teman-teman yang mengalami hal seperti saya, mendalami
nasihat-nasihat dari para admin GAI yang sudah sembuh, akhirnya saya seharian
bisa full pegang handphone untuk baca-baca semuanya kurang lebih hampir satu
minggu. Kadang diselingi dengan rasa geli, kok ternyata sama ya
ketakutan-ketakutan yang pernah saya alami, kok sama ya jutaan gejala-gejala
yang pernah saya rasakan. Setelah saya full satu minggu membaca dan
mempelajari, mulai terbukalah pikiran saya untuk belajar menerima dan bersyukur
kalau ternyata saya salah satu dari sekian belas ribu anggota GAI pilihan Allah
dengan penyakit GERD dan anxietas ini.
Sedikit demi sedikit, saya mulai belajar
untuk “berdamai” bahkan kadang saya berimajinasi untuk menjadikan GERD dan
kecemasan ini adalah sahabat saya. Kadang saya hanya menyapa sekedar say hello
“apa kabar lambungku sayang?”, “apa kabar cemasku sayang?” dan lain sebagainya
dengan kata-kata dan kalimat yang halus. Padahal sebelumnya saya selalu menulis
di notes handphone jika sedang kambuh dengan kalimat “dang you GERD”, “I hate
you gastro”, “you have ruined my whole life”, “i will kill you GERD” dsb. Ternyata
apa yang kau ucap semesta akan mengarah ke dalamnya dengan power yang sangat
kuat yang kemudian GERD itu menjadi semakin menjadi, kecemasan juga selalu
datang. Setelah saya sudah terbiasa menyapa dengan kalimat yang halus tadi,
saya berusaha dengan sangat berat menggerakkan tubuh saya untuk mencoba membuat
herbal tea seperti yang sudah disarankan di file group, dengan berbagai tanda
tanya di pikiran saya “ini minuman apaan sih? Aneh banget. Pakai bumbu dapur
pula” karena saya paling anti sama yang namanya jamu-jamuan. Akhirnya sedikit
demi sedikit saya minum sambil “berusaha” mensugesti pikiran kalau itu “nikmat”,
“menyembuhkan”, “baik untuk kesehatan” dll.
Dalam kondisi hamil ada yang melarang
untuk minum kunyit karena konon bisa menyebabkan keguguran. Namun setelah saya
googling banyak-banyak, jika memang belum pernah mengalami keguguran, janin di
usg dalam kondisi baik, dan hanya minum kunyit direbus sebesar dua ruas jari ya
tidak akan berpengaruh terhadap kehamilan. Apalagi dilihat dari manfaatnya
banyak sekali seperti sebagai antibiotik alami, anti radang alami dsb bisa
dibaca-baca di file group. Kalau bagi saya waktu itu yang saya tahu hanya aman
diminum waktu hamil (nyatanya saya juga alhamdulillah tidak keguguran, air
ketuban juga bersih, janin normal). Rutin minum sehari dua kali selama dua
minggu, makan makanan yang disarankan di file group GAI seperti sayuran
(direbus 2 menit), sarapan buah, minum jus ditelan pelan-pelan supaya bercampur
dengan enzim dulu, makan dikunyah dengan
pelan, berjemur, dll.
Amazingly saya mengalami perbaikan yang signifikan
terutama dari kondisi fisik, seperti gejala-gejala yang semakin menghilang, rasa
percaya diri sedikit demi sedikit tumbuh, rasa yakin kalau ternyata saya bisa
sembuh, rasa tidak sendiri dan jadi orang paling merana sedunia karena ternyata
buanyak sekali orang-orang yang hidupnya seperti saya akibat GERD dan anxietas
ini. Setiap hari secara otomatis “rasa-rasa” tadi muncul sendiri setelah sedikit
demi sedikit fisik merasa lebih nyaman. Saya juga mencoba mengkonsumsi jus
sayur “cursen” seperti yang disarankan di group. Karena kondisi hamil saya
dibatasi untuk memakan yang mentah-mentah, saya membeli bayam, kobis dan timun
yang organik kemudian saya rendam memakai cuka apel dan juga garam supaya tetap
aman. Alhamdulillah janin saya sehat, tidak bermasalah, air ketuban tidak keruh
dan yang paling penting saya tetap bahagia karena fisik terasa lebih nyaman.
Kurang lebih selama 3 bulan full saya rutin mengkonsumsi herbal tea, jus sayur,
sarapan buah, berjemur, olahraga ringan, makan tidak terburu-buru, saya bisa
bilang kondisi saya sehat 99.9%. Jika ada yang khawatir apakah aman untuk
ginjal minum herbal tea terus menerus? Saya adalah salah satu bukti yang
mengatakan kalau Yes aman, karena setelah rutin konsumsi saya juga rutin cek
laboratorium kondisi ureum dan creatinin ginjal saya dalam batas normal.
Bisa
dibayangkan dari 9 tahun mengalami, dalam waktu 3 bulan saya rutin melakukan
aktivitas seperti yang sudah disarankan di group, dan saya bisa sembuh. Proses
melahirkan pun jadi semakin percaya diri, dan tidak ada masalah yang cukup
berarti, janin dan ibu dalam kondisi sehat. Yang perlu “dipahami” dan
“diterima” adalah ketika kita sudah mengalami GERD dan kecemasan, PASTI akan
ada masa-masa kambuh suatu waktu dan itu wajar. Yang paling penting adalah
syukuri dan selalu mengingat masa-masa sembuh daripada masa-masa kambuh dan
segera untuk switch pikiran dan kembali melakukan aktivitas dan minum sesuai
yang disarankan diatas.
Pada saat kambuh, “menerima” adalah hal paling pertama
yang harus dilakukan. Jangan marah, jangan mengeluh apalagi mengeluarkan
kata-kata yang tidak baik terhadap penyakit ini. Kemudian segeralah membikin
herbal tea, jus sayur dan minum madu sebelum tidur. Jika masih saja mengganggu,
minum segera PPI yang biasa diminum apa (omeprazole, lansoprazole,
pantoprazole, ataupun esomeprazole/nexium). Tidak perlu mengeluh “yahh minum
obat lagi” karena itu pantang bagi kita penderita GERD sehingga obat tersebut
tidak akan bereaksi ke tubuh dan hanya mengotori tubuh saja. Biarkan obat
bekerja membantu menstabilkan metabolisme pencernaan yang sedang eror. Jika
keadaanya membaik jangan lupa untuk “bersyukur” dengan kalimat-kalimat yang
baik seperti “terima kasih Tuhan karena lewat herbal tea, jus sayur, madu,
obat-obatan yang sudah diresepkan dokter, Engkau membuat tubuhku menjadi lebih
nyaman”.
Positivie Thinking dan
Bersyukur (Pola Pikir), Olah Raga (Pola Hidup), Herbal Tea, Sayur Buah (Pola
Makan)
Dari uraian panjang saya diatas, ternyata apa yang saya lakukan untuk
kesembuhan memang sesuai dengan teori 3P yang dianjurkan di group GAI ini.
P
yang pertama, Pola Pikir. Bisa diingat bagaimana cara saya untuk berusaha
“menerima” sakit ini, kemudia menyapa lambung, menyapa kecemasan dan menyapa
gejala-gejala GERD dan anxietas dengan kalimat-kalimat yang lembut. Tidak
sedikutpun kata-kata keluhan dan benci kembali saya ucapkan seperti yang sudah
saya lakukan selama 9 tahun ini. Rasa syukur dan terima kasih pada Sang
Pencipta dengan kalimat-kalimat yang baik juga masuk kedalam kategori Pola
Pikir ini. Lalu kemudian rasa yakin jika sakit ini adalah hadiah bagi
orang-orang terpilih, rasa percaya diri jika saya dapat mengalahkan GERD dan
anxietas ini ternyata memang dahsyat sekali menggerakkan semua tubuh dan
pikiran kita untuk kearah yang lebih baik.
P yang kedua yaitu Pola Hidup. Yang
sudah saya lakukan hanya dari bisa berjemur, kemudian berjalan kaki, lalu saat
ini saya sudah bisa lari sprint, bahkan angkat beban pada saat ngegym cocok
juga dengan Pola Hidup yang disarankan di group GAI. Untuk ukuran saya saat
ini, saya pun pernah mencoba 30 day nonstop workout challenge karena merasa
kondisi sudah sangat fit. Untuk rutinitas, olahraga seminggu 3 kali sangat membantu
membuat tubuh saya lebih bugar mulai dari ngegym, aerobik, yoga, berenang
ataupun lari.
P yang terakhir adalah Pola Makan seperti yang sudah saya lakukan
di uriaian diatas, yaitu rutin herbal tea sehari 2 kali untuk proses
kesembuhan, jus sayur sehari sekali, sarapan buah di pagi hari, minum madu
hangat sebelum tidur, sedikir karbo dan perbanyak sayur dan protein,
menghindari sebisa mungkin goreng-gorengan, tidak mengkonsumsi processed food
seperti nugget, sosis, kornet dll, sebisa mungkin menghindari roti yang
berbahan gluten (apalagi saya sedang program penurunan berat badan setelah
melahirkan).
Bersyukur teramat sangat dengan kondisi fisik yang lebih kuat dan
kondisi mental yang semakin percaya diri saya sudah bisa melakukan aktivitas
yang berat, bahkan saya sudah berani naik pesawat sendiri setelah 7 tahun lebih
saya sama sekali tidak pernah melakukannya, sudah berani menyetir sendiri
keluar kota, sudah percaya diri untuk minum kopi setelah 9 tahun saya
tinggalkan (asalkan kopi hitam jenis arabica tanpa creamer dan susu) dan lain
sebagainya. Jika suatu saat muncul kembali, ingat itu adalah wajar dan jangan
mau untuk kembali digiring ke pikiran-pikiran yang buruk seperti yang dulu
pernah saya alami. Cepat-cepat alihkan lalu segera membuat pertolongan (herbal
tea, jus sayur dll) supaya fisik kita kembali fit dan pikiran-pikiran yang
buruk tidak mengikuti kembali.
Bagi teman-teman yang masih berjuang, sabar dan
iklas menerima, karena anda tidak sendiri dan yakinkan jika anda semua dan juga
saya adalah orang-orang pilihan Allah diberikan sakit ini.