REFLUKS LARINGOFARING (LPR)


Oleh: dr.Anggoro Eka Raditya SpT.H.T.K.L.


I.      DEFINISI REFLUKS LARINGOFARING

Refluks laringofaring (LPR) adalah aliran balik isi lambung yang menimbulkan jejas di daerah  faring dan laring. Faring merupakan ruangan memanjang mulai dari bagian belakang rongga hidung, ke bawah melewati belakang rongga mulut dan berakhir di atas esofagus atau kerongkongan. Bagian faring yang berada dibelakang hidung dinamakan nasofaring atau kita sebut sebagai faring atas. Bagian faring yang berada dibelakang mulut dinamakan orofaring atau kita sebut sebagai faring tengah. Bagian faring yang berada di atas esofagus disebut hipofaring atau kita sebut sebagai faring bawah. Laring merupakan bagian tubuh di depan faring yang didalamnya terdapat pita suara. Dibawah laring terdapat saluran pernafasan yang meliputi trakea, bronkus dan paru-paru. Beberapa literatur menyebutkan istilah lain dari penyakit tersebut adalah : reflux laryngitis, laryngeal reflux, gastropharyngeal reflux, pharyngoesophageal reflux, supraesophageal reflux, extraesophageal reflux, serta atypical reflux. Adanya aliran balik isi lambung yang berisi asam lambung dan enzim pencernaan akan menyebabkan timbulnya jejas pada laring, farings, trakea, paru-paru, bahkan sinus paranasal.


Gambar posisi faring, laring, dan esofagus

II.      PENYEBAB DAN MEKANISME TERJADINYA LPR
Pada keadaan normal, terdapat 4 rintangan terjadinya refluks ke daerah laringofarings antara lain: 1) Katub esofagus bawah (Lower esophageal sphincter / LES), 2) Gerakan alami esofagus dan bersihan asam lambung, 3) Tahanan selaput lendir esofagus, 4) Katub esofagus atas. Proses kelainan atau ketidaknormalan yang terjadi pada refluks laringfaring diduga karena adanya gangguan fungsi pada katub esofagus atas (upper esophageal sphincter / UES) dan katub esofagus bawah (Lower esophageal sphincter / LES) secara bersamaan. Fungsi utama dari katub esofagus atas adalah mencegah udara memasuki esofagus selama respirasi dan mencegah isi esofagus memasuki laringfaring. Kegagalan fungsi pada organ ini merupakan masalah utama pada pasien refluks laringfaring. Saat terjadi refluks dari isi lambung, yang diantaranya terdiri dari asam lambung dan enzime pencernaan (pepsin dan lipase), akan mengakibatkan kerusakan langsung pada selaput lendir di faring dan laring. Kerusakan ini yang akan memunculkan reaksi peradangan yang meliputi sensasi tidak nyaman di faring dan laring termasuk gangguan menelan atau perubahan suara.
Selain kegagalan fungsi katub esofagus atas (upper esophageal sphincter / UES), terjadinya refluks ke laringfaring didahului oleh kegagalan fungsi penghalang lainnya termasuk katub esofagus bawah (Lower esophageal sphincter / LES) yang merupakan penghalang masuknya isi lambung ke esofagus. Adanya kegagalan fungsi katub esofagus bawah (Lower esophageal sphincter / LES) menyebabkan isi lambung masuk ke esofagus dan dapat menyebabkan kerusakan pada selaput lendir esofagus akibat dari asam lambung dan enzim pencernaan.
Pepsin adalah enzim pencernaan yang berperan dalam pencernaan protein. Lipase  merupakan enzime pencernaan lemak / lipid. Dinding selaput lendir dari saluran pencernaan juga terdapat susunan lemak dan protein oleh karena itu enzim pepsin dan lipase mempunyai potensi untuk mencerna organ pencernaan. Lambung sebetulnya juga mempunyai potensi untuk tercerna juga oleh enzimnya dan untuk sebagai pertahanan lambung mengeluarkan lapisan lendir dan bikarbonat untuk melapisi permukaan dindingnya yang berfungsi sebagai pelindung.



Mekanisme terjadinya refluks isi lambung

I.      PENEGAKAN DIAGNOSIS
Diagnosis refluks laringfaring dapat ditegakkan berdasarkan wawancara, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Dari wawancara digali gejala sesuai dengan index gejala refluks laringfaring. Diagnosis mengarah ke refluks laringfaring bila didapatkan skor  Indeks Gejala Refluks lebih dari 13.

Indeks Gejala Refluks Laringfaring
Gejala
0 = tidak ada
5 = sangat berat
Suara serak/problem suara
0 1 2 3 4 5
Sering mengeluarkan lendir /berdehem
0 1 2 3 4 5
Lendir berlebihan di tenggorok
0 1 2 3 4 5
Kesukaran menelan
0 1 2 3 4 5
Batuk setelah makan/berbaring
0 1 2 3 4 5
Kesukaran bernafas/tercekik
0 1 2 3 4 5
Batuk yang mengganggu
0 1 2 3 4 5
Rasa mengganjal di tenggorokan
0 1 2 3 4 5
Dada panas, rasa nyeri di dada, gangguan pencernaan, terasa ada isi lambung yang kembali, tenggorok terasa asam pahit atau sepet
0 1 2 3 4 5

Sedangkan untuk menilai kondisi larings saat pemeriksaan laringoskopi, didasarkan pada 8 tanda klinis (Reflux Finding Score/RFS). Bila skor tanda klinis (RFS) didapatkan lebih dari 7 maka menandakan adanya refluks laringfaring. Untuk dapat menentukan RFS ini diperlukan suatu pemeriksaan yang dapat memperlihatkan kondisi di daerah laring faring. Pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah dengan laringoskopi. Laringoskopi dapat dilakukan dengan cermin yang dimasukkan didalam mulut yang pantulannya diarahkan untuk memvisualisasi laringofaring, dan dengan endoskopi yang dimasukkan melalui hidung ke pangkal hidung dan kemudian diarahkan ke bawah menuju ke laringfaring.
Pemantauan derajat keasaman (pH) dengan probe ganda yang diletakkan di esofagus dan faring selama 24 jam merupakan pemeriksaan baku emas untuk diagnosis refluks laringfaring. Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan yang invasif tetapi aman dilakukan.

III.   PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada pasien dengan refluks laringfaring membutuhkan penanganan multi disiplin ilmu seperti ahli THT, ahli penyakit dalam, ahli gizi, ahli psikiatri, dan beberapa disiplin ilmu terkait. Secara umum penatalaksanaan refluks laringfaring adalah modifikasi gaya hidup, pola makan, dan terapi obat. Pemilihan terapi pada pasien dengan refluks laringfaring berdasarkan dari berat ringannya gejala refluks dan respon terhadap terapi.
Pendekatan terapi pada pasien refluks laringfaring dimulai dari edukasi pasien untuk memodifikasi pola makan dan gaya hidup termasuk menurunkan berat badan pada pasien obesitas, olahraga teratur, menghindari rokok dan mengurangi konsumsi alkohol, minuman bersoda, serta kafein. Makan tidaklah asal kenyang tapi sebaiknya memperhitungkan kandungan nutrisi yang ada didalam makanan tersebut. Untuk menjaga tubuh sehat diperlukan berbagai nutrisi secara beragam yang meliputi karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air. Porsi makan juga sebaiknya disesuaikan kondisi lambung. Tidak baik memenuhi lambung dengan makanan, perlu untuk membagi kapasitas lambung dengan makanan, air, dan udara secara seimbang. Ada banyak pola makan yang diklaim sebagai pola makan sehat tapi tidak semua cocok untuk semua manusia. Perlu pengkajian dan evaluasi pola makan mana yang cocok untuk setiap individu manusia. Adanya konsumsi variasi bahan makanan dengan pengendalian porsi diperlukan untuk menjaga kualitas tubuh manusia untuk tetap dalam kondisi sehat. Pasien juga diberikan edukasi untuk menghindari makan dan minum 2-3 jam sebelum tidur serta meninggikan kepala sewaktu tidur.
Selain modifikasi pola makan dan gaya hidup, dapat juga dengan pemberian terapi obat yang dapat menurunkan produksi asam lambung. Obat yang dapat diberikan biasanya merupakan golongan H2 – reseptor antagonis dan/atau proton pump inhibitor (PPI). Contoh obat yang termasuk dalam H2 – reseptor antagonis yaitu ranitidin, simetidin, famotidin, sedangkan contoh obat PPI yaitu omeprazole, esomeprazole, pantozole, lansoprazole. Pilihan penggunaan jenis obat merupakan kewenangan dokter tetapi pasien dapat berkomunikasi untuk dapat ditentukan terapi yang sesuai. Pemberian obat golongan PPI direkomendasikan dua kali sehari 30 menit sebelum makan dengan durasi bisa selama 3 sampai 6 bulan. Jika semua penatalaksanaan tersebut sudah dilakukan tetapi masih belum didapatkan adanya penyembuhan maka perlu dievaluasi kondisi yang menyebabkan tidak efektifnya terapi yang telah dilakukan. Jika diagnosis dan terapi obat sudah sesuai dan maksimal tetapi masih didapatkan tanda refluks, maka dapat dipertimbangkan tindakan pembedahan.

DAFTAR PUSTAKA 

1.     Koufman JA, Aviv JE, Casiano RR, Shaw GY. Laryngofaringeal Reflux: Position statement of the committee on speech, voice, and swallowing disorders of the American Academy of Otolaryngology-Head and Neck Surgery. Otolaryngol Head Neck Surg. 2002;127:32-35.

2.     http://www.ilmudasar.com/2016/10/Pengertian-Struktur-Fungsi-Bagian-Faring-adalah.html

3.     https://www.mountnittany.org/articles/healthsheets/7131

4.     Phipps CD, et al. Gastroesophageal Reflux Contributing to Chronic Sinus Disease in Children. Arch Otolaryngol Head Neck Surg. 2000;126:831-836.

5.     Pham V. Laryngopharyngeal Reflux With An Emphasis On Diagnostic And Therapeutic Considerations. Grand Rounds Presentation, UTMB, Dept. of Otolaryngology. 2009.

6.     Barret E.K., Barman M.S., Boitano S, Brooks L.H., Ganong’s Review of Medical Physiology 23th ed, McGraw-Hill Companies, 2010.

7.     Bailey’s Head & Neck Surgery-Otolaryngology. 5th edition. Lippincott Williams & Wilkins. 2014.

8.     Blumin JH, Johnston N. Laryngopharyngeal Reflux.  In: Bailey’s Head & Neck Surgery-Otolaryngology. 5th edition. Lippincott Williams & Wilkins. 2014. P: 958 – 977.

9 Tahun Lulus The University of ‘GERD ‘ Yogyakarta (2007 – 2015)



Oleh: Vera


Mengidentifikasi  dan Awal Timbulnya GERD dan Anxietas
Ada beberapa penyebab yang pada akhirnya saya bisa mengambil kesimpulan mengapa GERD dan kecemasan bisa muncul di kehidupan saya selama kurang lebih 9 tahun lamanya tanpa ada penyelesaiannya secara tuntas. Misalkan toh dinyatakan sembuh, tapi sembuhnya ya gitu gitu aja. Masih sering kambuh dengan sejuta gejala (lebay), kalau lansoprazole dan guarposid sebagai P3K ketinggalan udah belingsatan rasanya kaya kehilangan pacar pertama.
Penyebab pertama adalah unfinished business yang ada dalam pikiran saya, yang mungkin orang melihat cukup aneh tapi ini terpampang nyata di kehidupan saya. Ketidakterimaan saya diciptakan sebagai seorang pengusaha interior yang sudah berdiri sejak 12 tahun yang lalu dan saya selalu meratapi kenapa saya tidak jadi karyawan perusahaan saja atau apalah yang bisa jalan-jalan dan tugas dinas kemanapun secara gratis bersama dengan rekan-rekan di kantor. Aneh ya? Tapi itulah kenyataan yang saya alami. Saya tidak pernah mensyukuri jalan hidup saya yang ternyata begitu nikmat, dengan pekerjaan yang ternyata “oh ini saya banget”.
Penyebab kedua adalah mindset saya yang selalu berpikir bahwa kalau saya udah olahraga, makan sehat, istirahat cukup, itu pasti saya sehat dan nggak mungkin sakit. Bahkan kalau bisa sakit pilek itu jangan sampai, pusing itu harus dicari penyebabnya kenapa kok pusing, pinggang pegel pun harus dicari ke dokter spesialis kenapa pinggang bisa pegel. Aneh lagi ya?. Tapi sekali lagi itu kenyataan dalam hidup saya. Sampai suatu ketika tahun 2007 saya akan menjalani ibadah haji bersama dengan suami. Sekali lagi karena saya perfeksionis yang tidak logis, saya memilih biro yang oh so wow and hitz pada jaman itu, dengan alasan kalau beribadah harus nyaman (aneh lagi ya J).
Terus untuk programnya pun saya memilih yang hanya disana pada saat puncak haji saja, yaitu selama kurang lebih 12 hari dengan alasan mau sidang thesis S2 di Universitas Gadjah Mada biar nggak telat dan masih bisa belajar sepulang haji (aneh lagi kan? Harusnya kalau sudah niat untuk beribadah ya “semeleh” kata orang Jawa). Sekali lagi karena perfeksionis yang tidak logis, persiapan koper dan perlengkapannya sudah detail, bahkan saya pun sudah tahu hari Senen nanti pakai baju apa dan celana dalam yang mana (maha lebay).
Di saat koper sudah siap dikumpulkan ke biro nya, 2 hari sebelum keberangkatan saya stress banget dan mengajak jalan-jalan suami ke mall (waktu itu adalah tahun pertama kami menikah dan belum mempunyai anak). Di salah satu mall di Jogja itu lah, tiba-tiba saya sesak nafas, seperti ada yang mencekik leher, mau muntah tapi tidak ada yang bisa dikeluarkan, kleyangan yang amat sangat sampai mau diambilkan kursi roda oleh pegawai nya tapi saya menolak lalu ingin cepat-cepat keluar dari mall tersebut. Lalu saya diantar ke UGD oleh suami dan dicek keseluruhan sampai jam 12 malam dan tidak ditemukan ada yang sakit dengan organ saya. Tapi gejala kliyengan, dada berat, dan agak sesak nafas masih saja, saya pun sudah berpikiran pasti jantung dan paru-paru saya bermasalah sampai saya mau membatalkan keberangkatan haji saya, tapi dengan bujukan suami akhirnya saya berangkat dengan keadaan yang amat sangat kepayahan secara fisik, lesu, takut, dll.
Di Arab pun, saya tidak pernah jauh-jauh dari dokter kafilah yang kebetulan beliau dokter spesialis jantung wanita berasal dari Jakarta. Bahkan waktu itu pada saat group sedang melakukan umroh sunah yang kedua, saya sudah seperti mau mati di kamar hotel tidak ikut melaksanakan sunah tersebut lalu minta suami untuk menelepon dokter kafilah terebut untuk datang ke kamar saya. Singkat cerita saya bisa menyelesaikan semua rukun haji dengan kondisi fisik yang terbatas dan kondisi mental yang kacau karena ketakutan ada sesuatu yang membahayakan di tubuh saya. Kembali ke Indonesia, then the “long journey” started.

Proses Penolakan dan Ketidakterimaan (Denial and Unacceptance)
Rasa penasaran yang semakin tinggi, kepo maksimal, julid atau apalah istilahnya terhadap apa yang terjadi pada kondisi tubuh saya semakin menggila di tahun 2007 – 2013. Bisa dibayangkan dalam kurun waktu 6 tahun, saya tidak bisa menerima pernyataan dokter –dokter spesialis hebat di Yogyakarta yang menyatakan kalau saya sehat, dengan hasil laboratorium tidak ada yang bintang, hasil CT Scan kepala, CT Scan cervical, hasil MRI, EKG, treadmill, Echo jantung, ENMG, EEG (brain mapping), TCD (usg otak), rontgen, USG abnomen atas, USG abnomen bawah, USG khusus untuk ginjal, tes khusus untuk LUPUS, BERA (tes pendengaran), audiometri (tes pendengaran), tes alergi, tes TORCH dan mungkin berbagai macam tes lainnya yang saya lupa. Lebih gila lagi karena saya tidak percaya dengan hasil laboratorium, saya bisa datang ke Lab Pramita seminggu 3 kali untuk tes yang sama.
Suatu saat saya bertemu dengan salah satu dosen kuliah S1 saya dulu, dan menceritakan semua yang saya alami kepada beliau lalu kemudian disarankan untuk ke dokter gastro ternama di kota Yogya yaitu dr.Sutanto Maduseno SpPD KGEH. Sedikit pencerahan dari beliau setelah dilakukan test endoscopy, dengan hasil gastritis kronis, GERD kronis, esofagitis kronis, dan bakteri pylori negatif. Saya berpikir ah masa asam lambung bisa seperti ini gejala yang dirasakan sekali lagi saya masih kepo, julid dan tidak percaya. Dengan hasil semua yang clean, saya semakin takut malahan, yang tadinya takut sakit berbahaya yang tidak ditemukan, kemudian rasa takut semakin menjalar ke hal yang lain. Untuk keluar kamar takut, bertemu pak satpam yang jaga rumah gemeteran, ada keluarga yang datang kerumah takut, tetangga datang takut, tidak pernah menghadiri berbagai macam undangan karena takut keramaian, takut bersosialisasi dengan teman karena jutaan gejala tadi (lebay) dan saya tidak ingin semua orang tau saya sedang kliyengan, jantung berdebar, tubuh oleng, gemeteran, sesak nafas, leher tercekik, kesemutan, susah menelan, kadang ada tekanan dari perut yang mendorong keatas sangat kuat, seperti ada yang mengganjal di leher, selalu kedinginan, sering buang air kecil dan gejala lainnya yang emejing pokoknya. Ibaratnya whatever you named the symptoms then i said yes i did. Ketakutan saya semakin menjadi karena saya merasakan beberapa gejala progressive contohnya yang tadinya kliyengan, menjadi migraine (nyeri kepala), kemudian menjadi vertigo. Yang tadinya hanya kesemutan di jari kelingking, menjalar ke tangan kanan, lalu sampai lengan, lalu sampai kaki kanan takut stroke mendadak. Believe it or not, you are what you think.
Beruntung apa yang saya khawatirkan selama kurun waktu 2007 – 2013, tidak sepenuhnya terjadi karena Allah masih sayang sama saya. Naudzubillahimindzalik saya tidak sakit kanker seperti yang saya takutkan, saya tidak sakit gagal ginjal, tidak sakit jantung, tidak sakit paru-paru, tidak sakit Lupus dll. Namun saya tetap ditegur oleh Allah atas semua kesombongan dan ketidaklogisan saya supaya saya lekas sadar dan lekas switch untuk kearah yang lebih baik. Akibat dari segala ketakutan itu, daya tahan tubuh menurun, tidak bisa lagi membendung segala virus dan bakteri yang masuk. Yang tadinya tes TORCH saya negatif, pada saat tes ulang 2 tahun kemudian IgM tokso positif, IgG HSV positif, IgG Rubella positif, IgG CMV positif yang artinya saya pernah terpapar virus-virus tersebut namun pada saat kembali di CT Scan kepala ada jejak-jejak virus toksoplasma di otak saya. Dirawat di RS Sardjito selama 12 hari karena radang otak akibat virus-virus tersebut membuat saya “sedikit” berfikir betapa bodohnya saya selama 6 tahun terakhir ini. Kenapa saya tidak pernah percaya hasil lab, hasil konusltasi dokter-dokter hebat, kenapa saya malah ingin ditemukan sakitnya? Dan benar “you are what you think” telah terjadi dalam kehidupan saya. Belum cukup lagi, setelah selesai sakit itu, pada saat usg ulang khusus untuk ginjal, dokter urolog bilang ada radang ginjal (nefritis). Beruntung dicek lebih awal sehingga bisa dilakukan pengobatan segera. Padahal sebelumnya pernah di USG ginjal hasilnya baik-baik saja namun karena saya berpikir ginjal saya bermasalah dan dalam waktu yang cukup lama, terjadi betul masalah pada ginjal tersebut. Alhamdulillah sekali lagi Allah masih sayang sama saya tidak sampai ke gagal ginjal naudzubillahimindzalik. Belum lagi penyakit-penyakit ringan yang setia menghampiri seperti mudah pilek, batuk, demam, migrain dll yang dikarenakan daya tahan tubuh selalu drop akibat kecemasan tinggi.
Proses Mencari Kesembuhan
Perjalanan masih berlanjut untuk mencari kesembuhan dari berbagai metode baik dari medis maupun alternatif. Karena saking banyaknya gejala yang dirasakan, berobatnya pun juga berbeda-beda sesuai dengan masing-masing gejala tersebut. Mulai dari obat-obatan yang diminum yang berasal dari banyak dokter seperti dokter syaraf (saya ada 4-5 dokter syaraf yang berbeda), dokter KGEH (ada  4 dokter), pskiater (2 dokter), hypnotherapist (ada 2 orang), psikolog (ada 3 orang), dokter urolog dan ginjal (2 dokter), dokter jantung (4 dokter), dokter THT (4 dokter), dokter penyakit dalam sub penyakit tropis (1 dokter).
Dari segi non medis saya juga rutin mengunjungi ahli urut yang konon katanya dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit, yang rutin saya kunjungi seminggu tiga kali padahal jarak tempuh dari rumah lumayan jauh, kemudian berkurang menjadi seminggu 2x lalu seminggu sekali kurang lebih selama hampir 1 tahun lamanya. Namun itupun hanya sedikit progres kesembuhan yang saya rasakan kemudian saya tidak melanjutkan kembali. Belum lagi vitamin-vitamin yang saya minum dari penawaran MLM yang harganya selangit juga saya coba, yang ternyata malah membuat kondisi lambung saya semakin buruk. Jika habis minum vitamin tersebut langsung sesak nafas, lambung perih, tambah kleyengan dll.
Proses Menerima (Acceptance) dan Kesembuhan
Awal mula dari proses Acceptance saya adalah ketika dalam kondisi setengah sembuh, dokter obsgyn saya mengatakan hasil test TORCH (virus) saya aman, saya beranikan untuk kembali menjalani program hamil dengan selisih 7 tahun dari anak saya yang pertama. Karena saya berpikir, saya sudah keburu tua umurnya, di saat kondisi anak saya yang pertama sudah sangat menginginkan seorang adik. Dengan kondisi gejala-gejala yang masih muncul, modal nekat, dan berdoa akhirnya 2 bulan kemudian saya hamil setelah melepas alat kontrasepsi. Antara senang, takut, gemeteran dsb campur aduk menjadi satu.
Awal kehamilan pun sangat berat dikarenakan kondisi GERD kronis yang sedang saya alami. Saya mengalami hiperemesis (muntah hebat), hipersalivasi (produksi air liur berlebih), migrain, lambung perih yang amat sangat, selalu kedinginan, tidak ada satupun vitamin untuk ibu hamil yang bisa saya minum, kurang lebih hampir 7 bulan usia kehamilan saya hanya berbaring di tempat tidur. Nah selama kurun waktu 7 bulan bedrest tersebut, walaupun dengan malas karena saya sudah bosan browsing-browsing tentang GERD, atas ijin Allah saya menemukan group GAI dari google kemudian saya mencoba bergabung sambil menunggu approval dari moderator GAI. Setelah approved, barulah saya bisa membuka-buka file di GAI, membaca timeline dan komen teman-teman yang mengalami hal seperti saya, mendalami nasihat-nasihat dari para admin GAI yang sudah sembuh, akhirnya saya seharian bisa full pegang handphone untuk baca-baca semuanya kurang lebih hampir satu minggu. Kadang diselingi dengan rasa geli, kok ternyata sama ya ketakutan-ketakutan yang pernah saya alami, kok sama ya jutaan gejala-gejala yang pernah saya rasakan. Setelah saya full satu minggu membaca dan mempelajari, mulai terbukalah pikiran saya untuk belajar menerima dan bersyukur kalau ternyata saya salah satu dari sekian belas ribu anggota GAI pilihan Allah dengan penyakit GERD dan anxietas ini.
Sedikit demi sedikit, saya mulai belajar untuk “berdamai” bahkan kadang saya berimajinasi untuk menjadikan GERD dan kecemasan ini adalah sahabat saya. Kadang saya hanya menyapa sekedar say hello “apa kabar lambungku sayang?”, “apa kabar cemasku sayang?” dan lain sebagainya dengan kata-kata dan kalimat yang halus. Padahal sebelumnya saya selalu menulis di notes handphone jika sedang kambuh dengan kalimat “dang you GERD”, “I hate you gastro”, “you have ruined my whole life”, “i will kill you GERD” dsb. Ternyata apa yang kau ucap semesta akan mengarah ke dalamnya dengan power yang sangat kuat yang kemudian GERD itu menjadi semakin menjadi, kecemasan juga selalu datang. Setelah saya sudah terbiasa menyapa dengan kalimat yang halus tadi, saya berusaha dengan sangat berat menggerakkan tubuh saya untuk mencoba membuat herbal tea seperti yang sudah disarankan di file group, dengan berbagai tanda tanya di pikiran saya “ini minuman apaan sih? Aneh banget. Pakai bumbu dapur pula” karena saya paling anti sama yang namanya jamu-jamuan. Akhirnya sedikit demi sedikit saya minum sambil “berusaha” mensugesti pikiran kalau itu “nikmat”, “menyembuhkan”, “baik untuk kesehatan” dll.
Dalam kondisi hamil ada yang melarang untuk minum kunyit karena konon bisa menyebabkan keguguran. Namun setelah saya googling banyak-banyak, jika memang belum pernah mengalami keguguran, janin di usg dalam kondisi baik, dan hanya minum kunyit direbus sebesar dua ruas jari ya tidak akan berpengaruh terhadap kehamilan. Apalagi dilihat dari manfaatnya banyak sekali seperti sebagai antibiotik alami, anti radang alami dsb bisa dibaca-baca di file group. Kalau bagi saya waktu itu yang saya tahu hanya aman diminum waktu hamil (nyatanya saya juga alhamdulillah tidak keguguran, air ketuban juga bersih, janin normal). Rutin minum sehari dua kali selama dua minggu, makan makanan yang disarankan di file group GAI seperti sayuran (direbus 2 menit), sarapan buah, minum jus ditelan pelan-pelan supaya bercampur dengan enzim  dulu, makan dikunyah dengan pelan, berjemur, dll.
Amazingly saya mengalami perbaikan yang signifikan terutama dari kondisi fisik, seperti gejala-gejala yang semakin menghilang, rasa percaya diri sedikit demi sedikit tumbuh, rasa yakin kalau ternyata saya bisa sembuh, rasa tidak sendiri dan jadi orang paling merana sedunia karena ternyata buanyak sekali orang-orang yang hidupnya seperti saya akibat GERD dan anxietas ini. Setiap hari secara otomatis “rasa-rasa” tadi muncul sendiri setelah sedikit demi sedikit fisik merasa lebih nyaman. Saya juga mencoba mengkonsumsi jus sayur “cursen” seperti yang disarankan di group. Karena kondisi hamil saya dibatasi untuk memakan yang mentah-mentah, saya membeli bayam, kobis dan timun yang organik kemudian saya rendam memakai cuka apel dan juga garam supaya tetap aman. Alhamdulillah janin saya sehat, tidak bermasalah, air ketuban tidak keruh dan yang paling penting saya tetap bahagia karena fisik terasa lebih nyaman. Kurang lebih selama 3 bulan full saya rutin mengkonsumsi herbal tea, jus sayur, sarapan buah, berjemur, olahraga ringan, makan tidak terburu-buru, saya bisa bilang kondisi saya sehat 99.9%. Jika ada yang khawatir apakah aman untuk ginjal minum herbal tea terus menerus? Saya adalah salah satu bukti yang mengatakan kalau Yes aman, karena setelah rutin konsumsi saya juga rutin cek laboratorium kondisi ureum dan creatinin ginjal saya dalam batas normal.
Bisa dibayangkan dari 9 tahun mengalami, dalam waktu 3 bulan saya rutin melakukan aktivitas seperti yang sudah disarankan di group, dan saya bisa sembuh. Proses melahirkan pun jadi semakin percaya diri, dan tidak ada masalah yang cukup berarti, janin dan ibu dalam kondisi sehat. Yang perlu “dipahami” dan “diterima” adalah ketika kita sudah mengalami GERD dan kecemasan, PASTI akan ada masa-masa kambuh suatu waktu dan itu wajar. Yang paling penting adalah syukuri dan selalu mengingat masa-masa sembuh daripada masa-masa kambuh dan segera untuk switch pikiran dan kembali melakukan aktivitas dan minum sesuai yang disarankan diatas.
Pada saat kambuh, “menerima” adalah hal paling pertama yang harus dilakukan. Jangan marah, jangan mengeluh apalagi mengeluarkan kata-kata yang tidak baik terhadap penyakit ini. Kemudian segeralah membikin herbal tea, jus sayur dan minum madu sebelum tidur. Jika masih saja mengganggu, minum segera PPI yang biasa diminum apa (omeprazole, lansoprazole, pantoprazole, ataupun esomeprazole/nexium). Tidak perlu mengeluh “yahh minum obat lagi” karena itu pantang bagi kita penderita GERD sehingga obat tersebut tidak akan bereaksi ke tubuh dan hanya mengotori tubuh saja. Biarkan obat bekerja membantu menstabilkan metabolisme pencernaan yang sedang eror. Jika keadaanya membaik jangan lupa untuk “bersyukur” dengan kalimat-kalimat yang baik seperti “terima kasih Tuhan karena lewat herbal tea, jus sayur, madu, obat-obatan yang sudah diresepkan dokter, Engkau membuat tubuhku menjadi lebih nyaman”.
Positivie Thinking dan Bersyukur (Pola Pikir), Olah Raga (Pola Hidup), Herbal Tea, Sayur Buah (Pola Makan)
Dari uraian panjang saya diatas, ternyata apa yang saya lakukan untuk kesembuhan memang sesuai dengan teori 3P yang dianjurkan di group GAI ini.
P yang pertama, Pola Pikir. Bisa diingat bagaimana cara saya untuk berusaha “menerima” sakit ini, kemudia menyapa lambung, menyapa kecemasan dan menyapa gejala-gejala GERD dan anxietas dengan kalimat-kalimat yang lembut. Tidak sedikutpun kata-kata keluhan dan benci kembali saya ucapkan seperti yang sudah saya lakukan selama 9 tahun ini. Rasa syukur dan terima kasih pada Sang Pencipta dengan kalimat-kalimat yang baik juga masuk kedalam kategori Pola Pikir ini. Lalu kemudian rasa yakin jika sakit ini adalah hadiah bagi orang-orang terpilih, rasa percaya diri jika saya dapat mengalahkan GERD dan anxietas ini ternyata memang dahsyat sekali menggerakkan semua tubuh dan pikiran kita untuk kearah yang lebih baik.
P yang kedua yaitu Pola Hidup. Yang sudah saya lakukan hanya dari bisa berjemur, kemudian berjalan kaki, lalu saat ini saya sudah bisa lari sprint, bahkan angkat beban pada saat ngegym cocok juga dengan Pola Hidup yang disarankan di group GAI. Untuk ukuran saya saat ini, saya pun pernah mencoba 30 day nonstop workout challenge karena merasa kondisi sudah sangat fit. Untuk rutinitas, olahraga seminggu 3 kali sangat membantu membuat tubuh saya lebih bugar mulai dari ngegym, aerobik, yoga, berenang ataupun lari.
P yang terakhir adalah Pola Makan seperti yang sudah saya lakukan di uriaian diatas, yaitu rutin herbal tea sehari 2 kali untuk proses kesembuhan, jus sayur sehari sekali, sarapan buah di pagi hari, minum madu hangat sebelum tidur, sedikir karbo dan perbanyak sayur dan protein, menghindari sebisa mungkin goreng-gorengan, tidak mengkonsumsi processed food seperti nugget, sosis, kornet dll, sebisa mungkin menghindari roti yang berbahan gluten (apalagi saya sedang program penurunan berat badan setelah melahirkan).
Bersyukur teramat sangat dengan kondisi fisik yang lebih kuat dan kondisi mental yang semakin percaya diri saya sudah bisa melakukan aktivitas yang berat, bahkan saya sudah berani naik pesawat sendiri setelah 7 tahun lebih saya sama sekali tidak pernah melakukannya, sudah berani menyetir sendiri keluar kota, sudah percaya diri untuk minum kopi setelah 9 tahun saya tinggalkan (asalkan kopi hitam jenis arabica tanpa creamer dan susu) dan lain sebagainya. Jika suatu saat muncul kembali, ingat itu adalah wajar dan jangan mau untuk kembali digiring ke pikiran-pikiran yang buruk seperti yang dulu pernah saya alami. Cepat-cepat alihkan lalu segera membuat pertolongan (herbal tea, jus sayur dll) supaya fisik kita kembali fit dan pikiran-pikiran yang buruk tidak mengikuti kembali.
Bagi teman-teman yang masih berjuang, sabar dan iklas menerima, karena anda tidak sendiri dan yakinkan jika anda semua dan juga saya adalah orang-orang pilihan Allah diberikan sakit ini.

Pahami tentang Stress Psikologis itu Sekarang

oleh dr. Arina Widya Murni, SpPD-KPsi, FINASIM

Stress psikologis boleh dikatakan adalah suatu respon yang tidak spesifik yang diperlihatkan seseorang disaat mengalami rasa tidak nyaman ataupun rasa tertekan. Cukup hanya dengan rasa tidak nyaman saja dan kita pun bisa mengalami stress secara psikologis. Mudah sekali? Yap, begitulah...

Lalu apakah itu kondisi yang merugikan? Tidak selalu... Bahkan respon terhadap stress malah bisa membahagiakan. Koq bisa?

Sangat bisa! Karena ternyata stress justru bisa membuat kita dinamis, bergerak terus mencapai mimpi dan angan kita. Stress bisa diartikan sebagai halangan dan rintangan yang mesti diatasi. Stress bisa diartikan sebagai pemicu semangat untuk berjuang.

Namun selama ini anggapan sebagian orang, stress adalah sesuatu yang mesti dilupakan. Sesuatu yang mesti dihilangkan, bahkan harus dibuang. Mungkinkah itu?

Melupakan hal yang membuat kita stress sepertinya tidak gampang, karena biasanya sesuatu itu pastilah penting dan sangat berhubungan dengan kita. Jadi, bagaimana melupakannya dalam pikiran kita. Yang mungkin dilakukan adalah mengelola dan mengolah stress tersebut menjadi sesuatu yang membahagiakan. Terdengar aneh memang, stress tapi bahagia.

Sebelum membahas bagaimana bisa menghadapi stress dengan bahagia, ada baiknya kita dalami dulu apa itu stress dan bagaimana pengaruhnya bagi kita.

Dalam menghadapi tekanan (stresor), terdapat tiga mekanisme yang terjadi dalam fikiran dan tubuh kita: reaksi alarm, reaksi bertahan dan reaksi kelelahan.

1. Reaksi alarm (siaga) / alarm reaction
Merupakan reaksi yang spontan dan muncul seketika saat seseorang mengalami stress/tekanan psikologis. Segala sesuatu yang dapat menimbulkan stress/rasa tidak nyaman/rasa tertekan, dikenal dengan istilah stresor. Ada banyak macamnya stresor di antaranya dapat berupa kejadian atau peristiwa alam seperti kebakaran, banjir, dan gempa bumi, bisa berupa perlakuan tidak menyenangkan yang kita terima, terdapatnya konflik keluarga, kesulitan ekonomi/problem keuangan/terlilit hutang dan krisis kepercayaan pada orang lain/konflik pribadi.

Reaksi spontan ini pun dapat dibagi kepada dua hal, reaksi menerima/menantang (fight) atau reaksi melarikan diri dari stresor (flight). Dalam keseharian kadang ditemukan reaksi diam (tidak fight maupun flight). Masa ini dapat berlangsung 3-7 hari pertama setelah terpapar stresor.

Pada fase alarm kita cenderung memilih lari dari stresor, karena terasa menenangkan atau menimbulkan rasa aman. Namun rasa aman itu hanya sesaat sebenarnya. Suatu saat stresor itu akan datang lagi dengan berbagai tingkat ketegangan yang dimunculkannya.

Ketika stresor itu berulang maka tubuh kita akan memunculkan berbagai serangan yang menekan hati dan perasaan kita. Menimbulkan ketegangan dan ketidaknyamanan yang bisa berkurang dengan sendirinya setelah beberapa hari serangan. Menjelang seminggu setelah stresor itu muncul, mestinya kita akan kembali tenang dan normal kembali. Namun sangat bergantung kepada kemampuan seseorang dalam beradaptasi dengan masalah yang dihadapinya.

Sebagai contoh, setelah kita mengalami goncangan hebat akibat gempa, maka untuk beberapa hari kita merasa goyang dan berusaha menenangkan diri dengan cara memperhatikan benda yang ada di sekitar kita. Bila terasa ada guncangan lagi, kita akan melihat ke sekitar kita, kabel listrik goyang lagi juga kah? Air di galon bergejolak juga kah? Itu adalah cara untuk meyakinkan bahwa goyangan yang kita rasakan ada atau tidak sebenarnya.

Mencoba mencari fakta bahwa memang terjadi gempa dengan cara tersebut di atas adalah mekanisme kita untuk beradaptasi dengan masalah yang terjadi. Ketika kita melihat bahwa benda-benda tersebut bergoyang atau memang beriak, maka kita akan segera tahu bahwa yang kita rasakan adalah benar adanya MEMANG ADA GEMPA! LARI!

Tapi ketika kita lihat bahwa kabelnya tidak bergoyang, air dalam galon tidak beriak, mestinya kita paham ternyata gempanya tidak ada! Hanya kita yang merasakan, hanya kita yang merasa bergoyang.

Dalam fase alarm ini, tanpa kita sadari tubuh kita sebenarnya sudah bereaksi. Respon tubuh yang muncul adalah keadaan peringatan. Sistem syaraf kita akan bereaksi, tekanan darah dapat meningkat, denyut jantung pun meningkat, frekuensi bernafas pun ikutan bertambah dan dibarengi dengan peningkatan hormon stress yang akan beredar dalam darah dan mempengaruhi semua organ tubuh kita. Namun segera setelah situasi yang membuat stress berakhir, maka aksi tubuh yang tadi perlahan akan kembali ke kondisi awal.

Lalu kita kemudian tenang, dada yang berdegup kencang kemudian perlahan berkurang denyutnya, tangan yang dingin dan terasa mulai berkeringat, lambat laun terasa hangat kembali. Tubuh yang tadi tegang dan bersiaga untuk melarikan diri, kemudian kembali mengendor dan rileks perlahan. Itulah yang namanya kemampuan adaptasi (coping mehcanism). Semua proses tadi bisa berjalan dalam waktu yang singkat atau berhari-hari. Sangat bergantung kepada kemampuan kita masing-masing. Syukurnya kemampuan adaptasi ini bisa dilatih dan diperbaiki dari waktu ke waktu. Sayangnya tidak semua kita bisa dan mampu berbuat demikian.

Bila setelah seminggu, situasi mencekam seperti gempa tadi masih dirasakan, maka kita akan memasuki fase kedua, fase REAKSI BERTAHAN (the stage of resistance).

2. Reaksi Bertahan (the stage of resistance)
Adalah masa yang dipakai untuk mengembalikan kondisi ke homeostasis (kesemibangan). Di sinilah yang bisa menjadi titik tolak kemampuan atau kegagalan seseorang dalam menghadapi stresor. Masa untuk bisa kembali pada kondisi seimbang ini ditentukan oleh banyak hal, antara lain, sifat atau kepribadian kita, pola asuh yang pernah kita terima dari masa kecil, dipengaruhi juga oleh faktor genetik/faktor keturunan dan kumpulan beban pikiran yang tersimpan dalam memori seseorang.

Pada situasi stress yang berkelanjutan, seringnya ini akibat konflik psikososial, maka tubuh kita mulai beradaptasi. Tubuh kita beradaptasi dalam upaya mempertahankan keseimbangan (homeostasis) melalui mekanisme penyelesaian masalah. Tubuh kita akan berusaha mempertahankan kadar hormon stress dalam darah menurun menuju normal. Namun biasanya pada stress yang berlanjut/kronis ini, hormon stress ini tidak akan mencapai kadar normal dan akan mempengaruhi tubuh kita secara keseluruhan.

Pikiran kita juga mestinya kembali dalam penguasaan diri kita sendiri. Pada fase ini mestinya kita juga kembali ke awal mula suatu masalah atau stresor terjadi. Perlahan kita mulai menerima bahwa benar gempa itu tidak ada lagi, bahwa benar kalau guncangan-guncangan yang dialami tadi tidak nyata adanya. Dengan demikian ketenangan fikiran dan kembali normalnya respon tubuh menjadi parameter kemampuan kita beradaptasi.

Bila kita adalah seseorang yang mampu menghadapi stressor dengan melatih mekanisme coping yang adaptif (mampu adaptasi), maka kita akan kembali normal. Akan tetapi bila yang dimiliki orang tersebut mekanisme coping maladptif (gagal adaptasi), maka kelainan psikologis ini akan tetap berlanjut. Demikian pula halnya dengan reaksi tubuh kita. Reaksi bertahan ini akan berlangsung 3 hari sampai 2 minggu. Selanjutnya kita akan masuk pada reaksi kelelahan (the stage of exhaustion).

3. Reaksi Kelelahan (the stage of exhaustion)
Merupakan masa yang ditemui berbagai keluhan fisik maupun psikologis yang terjadi setelah lebih kurang dua minggu dari awal stresor dialami. Pada masa ini semua sumber daya tubuh sudah habis digunakan dalam menyelesaikan konflik emosi yang terjadi. Pada masa ini tubuh tidak lagi mampu mempertahankan fungsi normalnya. Bermunculanlah berbagai gejala, sakit kepala yang tidak mau hilang, atau datang berulang-ulang. Kembung dan nyeri ulu hati, sempit bila bernafas dan berbagai keluhan lainnya yang makin hari terasa makin menyiksa.

Pikiran pun makin terpuruk dalam kegelisahan, ibarat lingkaran setan. Kembung dan nyeri ulu hati makin terasa berat, kita pun makin cemas dan makin gelisah. Bukannya berkurang keluhan tersebut, namun makin berat dan makin menyiksa. Tak sedikit pasien lalu berlari ke Instalasi Gawat Darurat, hanya sekedar untuk mendapatkan pertolongan petugas kesehatan. Setelah mendapatkan pengobatan, mungkin dibantu dengan oksigen, disuntik dengan obat yang bisa meredakan nyeri di lambung, lalu keluhan itu berkurang. Perasaan pun perlahan mulai tenang dan akhirnya dipulangkan. Biasanya kita dinasehatkan untuk mengurangi stress yang dihadapi, atau diberi obat untuk beberapa hari dan sesaat pun keluhan berkurang. Tak menunggu lama kadang hanya beberapa hari, keluhan muncul lagi seiring dengan munculnya masalah baru ataupun masalah yang itu itu saja yang tak kunjung tuntas.

Pikiran dan Lambung, Rangkaian Unik dari Tuhan

oleh dr. Arina Widya Murni, SpPD-KPsi, FINASIM

Berbicara tentang hubungan Pikiran dan Lambung, rasanya kita semua sudah bisa menebak bahwa ini pembicaraan tentang sakit maag atau sakit asam lambung. Bahkan ada di antara kita yang sudah kenal dengan istilah dispepsia atau gastritis dan berbagai istilah yang sama-sama dipahami sebagai masalah di lambung dengan berbagai keluhannya.

Hampir setiap hari keluhan masalah di lambung ini ditemukan di praktek medis. Rasanya tidak ada dokter yang tidak pernah bertemu dengan pasien yang mempunyai keluhan di lambungnya. Terbukti kasus ini ditemui prevalensinya 5-40% di populasi umum. Artinya dari 100 orang penduduk, sekitar 5-40 orang pernah mengeluh ada masalah di lambungnya. Ini bukanlah masalah yang sederhana bukan? Dan ternyata dari sebanyak itu, faktanya 60% nya tidak ditemukan samasekali kelainan di lambungnya, terbukti saat diperiksa langsung ke lambungnya atau diendoskopi sama sekali tidak ada kelainan alias normal-normal saja. Nah, apa masalahna nih? Yang jelas pasien akan bingung dan kadang tidak percaya. Soalnya keluhannya ada, masa kelainannya nggak ketemu?

Problem ini memicu berbagai aksi dari pasien, mulai dari mempelajari sendiri dengan mencari tahu lewat internet sampai mencari buku-buku yang bisa didapatkan di mana saja. Sebagian lagi akan mencari dokter lain untuk berobat, pokoknya begitu dapat info ada dokter yang dikatakan bisa mengobati lebih baik, pasti didatangi, dicoba berobat dan bahkan menjalani berbagai pemeriksaan termasuk diendoskopi yang sebenarnya tidak mudah. Tidak jarang akhirnya berpindah-pindah dokter untuk sekedar memuaskan rasa ingin tahu tentang penyakit apa yang sedang dideritanya, istilah kerennya "shopping doctor".

Efek dari pemuasan rasa ingin tahu dan keinginan memastikan kelainan apa yang diderita ternyata tidak murah. Pasien akhirnya akan menghabiskan banyak waktu dan biaya. Penelitian menunjukkan bahwa sekitar 20% pasien akhirnya menjalani pengobatan bahkan separuhnya berobat jangka panjang, beberapa bulan bahkan sampai tahunan dan menghabiskan biaya pemeriksaan jutaan Rupiah. Sekitar 30% pasien bahkan terpaksa bolos dari sekolah atau tidak datang ke kantor karena tidak sanggup menahan sakit atau keluhan yang dirasa sangat mengganggu. Akhirnya pasien akan terjebak dalam kungkungan perasaan bahwa dia adalah seseorang yang berpenyakitan atau seseorang yang tidak akan mampu berbuat banyak untuk kehidupannya. Lalu terpuruk dalam kecemasan yang tidak habis-habisnya bahkan berujung kepada depresi mendalam. Tidak sedikit yang berfikir untuk mengakhiri hidup dengan berbagai cara termasuk upaya bunuh diri. Ternyata masalah lambung tidak sederhana.

Sebagian besar penderita sakit lambung akhirnya mengalami stress dengan keluhan asam lambung yang tidak habis-habisnya dan makin melemahkan semangat ini. Namun sebenarnya keluhan sakit lambung ini ternyata bisa juga terjadi karena adanya masalah psikologis yang mungkin tidak terpecahkan atau terpendam jauh di hati yang paling dalam. Akan tetapi biasanya pasien tidak serta merta mengakui ini, butuh cara khusus dalam menggalinya dan membuat pasien akhirnya mengakui dilema kehidupannya.

Masyarakat masih menganggap stres psikologis sebagai gangguan atau kelainan jiwa. Stigma gangguan jiwa ini membuat pasien berusaha menyembunyikan stress yang dia hadapi. Padahal stress semestinya dipahami sebagai hal yang biasa saja, bila kita tahu dan mengerti cara mengendalikannya. Karena bila stress psikologis bisa diatasi, keluhan penyakit akan berkurang dengan sendirinya.

Keluar dari zona nyaman agar move on

oleh Hendra Ruswandi (10 November 2016)

Awal cerita dimulai pada agustus 2016 kemarin. Terbangun dari tidur karena nafas berat, dan segera dilarikan ke UGD. Diagnosa dokter cuma sesak saja. 3 hari berikutnya perut ga enak dan 1001 sensasi mulai bermunculan. Menjalani rawat inap lagi selama 3 hari. Shopping dokter dan dikenalkan oleh kakakku masuk FBGroup GAI. Awalnya silent reader dan mengamati serta mencontek pola alkaline, sampai curhat dengan para admin.

September pertengahan saya stop obat dokter dan rutin herbal tea. Racik sendiri tanpa merepotkan istri, sehingga ada kegiatan mengalihkan gerd & anxiety. Rubah pola makan, mengendalikan pikiran dan emosi, istirahat yg cukup. Pelan2 kesembuhan datang padaku.

Tantangan terbesarku ketika mendapat tugas melakukan Perjalanan Dinas Luar kota menempuh jarak lebih dari 400km. jalur utama terhambat jembatan putus. Rute yang dilewati cukup extreme karena merupakan jalur alternatif, yang diantaranya terdapat banjir dan longsor. Alhamdulillah semua undercontrol, GERD & Anxie ga mau nongol :)

Kesembuhan tidak datang secara instant. Butuh proses untuk mencapainya. Ingat hari ini 10 Nopember adalah "Hari Pahlawan", tirulah semangat para pejuang dlm meraih kemerdekaan. Mereka butuh proses dan perjuangan untuk meraih kemerdekaan. So semangat kawan, berjuanglah untuk menggapai kesembuhan kita semua, Merdeka!!! Selamat Hari Pahlawan.

Superb thanks buat semua admin & moderator, kalian benar2 hebat dalam mengelola group & membernya.

Kekuatan rasa syukur dan keinginan untuk bangkit

oleh Fudholi Ahmad (10 November 2016)

Bermula dari 20 July 2014 tepatnya dibulan Ramadhan ketika selesai pulang kantor berbuka puasa makan: gorengan, sambal, es white kopi, roko, seketika sesak nafas yang hebat disertai batuk yang sangat gatal ditenggorokkan dilarikan kebidan disamping rumah dan dikasih oksigen, kemudian diberikan obat asma malah makin engga karuan, sempat juga dibisikin 2 kalimat syahadat ditelinga sama Ibu sambil menangis, karena dikira sedang sakaratul maut dan semakin engga karuan rasanya, saya dilarikan ke UGD, beberapa jam di UGD saya membaik dan dibolehkan pulang, hari demi hari berlalu setiap 2 minggu sekali kumat, tercatat hangeout bareng dokter sekitar 9 kali.

Berlanjut jatuh bangun selama 11 bulan, hari-hari yang saya lewati terasa suram ketakutan tanpa sebab keringat dingin hampir tiap hari, karrier pendidikan berantakan, sering bolos ngantor dan beban saya bertambah diberhentikan sementara dari lembaga politik, kemudian saya memutuskan resign dari kantor, setelah cari mencari di mbah google saya menemukan group ini dari sebuah artikel dikutip dari sesak nafas, maag, lambung, beberapa minggu bergabung di group ini masih menjadi anak ilang yang gak tau arah, kemudian saya bertanya admin kak Earlia Olsen yang begitu care, sangar, dan baik hati, membimbing saya dengan file-file yang ada di group ini, saya menerapkan sarbu dan herbal tea sebagai pengganti obat saya yang sudah tuntas saya habiskan dalam tahap pengobatan, saya lebih memilih mempraktikkan resep2 yang ada difile ketimbang saya harus mengeluh yang tidak ada habisnya pada saat itu, walaupun badan saya dan psikis saya masih sangat lemah & rapuh karena sering tepar, perkembangan setelah mencoba herbal tea dan saran di group selama 2 bulan, saya merasa perubahan yang lomayan baik, saya kembali pulih secara bertahap dan merasa mulai nyaman sedikit demi sedikit, kemudian cerita selanjutnya diadakan seminar oleh admin GAI yang pertama, saya mengikutinya dan berlanjut dengan lebih sering ikut sharing2 kopdar bersama mereka, hampi semua admin saya pernah bertemu, menceritakan keluh kesah, terutama bang Chiko Safaraz, yang membantu meluruskan arah saya untuk move on dan bangkit, meresapi mndengarkan, dengan rasa syukur saya bisa kembali beraktifitas seperti biasa, dan slalu bersyukur kepada Sang Pencipta.

Bersyukur dengan keadaan sekarang yang jauh lebih baik, kemudian usaha saya untuk bangkit tidak saya pendam sendiri ada bebrapa teman group yang suka bertanya, saya bantu cerita dan motivasi untuk supaya bisa bangkit seperti saya, sama sama merasakan membantu agar kita membaik bersama, dan tentunya kualitas hidup yang lebih baik lagi,

Resep simple membaik saya:

  • Pantang makanan, disiplin selama 6 bulan jangan tergoda makanan enak dimulut hancur diperut
  • ikuti dan jalankan saran2 yang ada di file group
  • pola makan teratur
  • pola fikir, rubah fikiran ribetmu menjadi lebih santai
  • perbaiki ibadah kepada Tuhan
  • olahraga ringan setiap hari semampunya saja

Dan melanjutkan perjalanan hidup saya setelah move on, mulai membuka usaha sendiri untuk nabung buat nikah walaupun jodohnya belum pasti hee, kemudian kembali ke hobi yang saya sukai, pada bulan lalu saya kembali megikuti lomba balap disentul, kembali dengan kecepatan tinggi dan raungan mesin mobil balap, walaupun prestasi hanya di line up 27 besar dari 40 peserta, terjadi penurunan prestasi pada ajang balap kali ini, kemudian otak saya yang sudah lomayan kembali stabil, saya kembali berkreasi dengan mengikuti lomba modifikasi, dan alhamdulillah mendapatkan juara 1 the best modifikasi dikategorinya, sekaligus saya persembahkan piala ini buat my family GAI, buat temen-temen yang sedang berjuang, tetap semangat, sabar, dan telaten, Insya Alloh membaik lagi seperti sediakala.

Tangerang, 10 November 2016.
Best Regards, Ahmad Fudholi (Afud)

Membebaskan diri dengan IKHLAS

oleh Kartika Huda Lubis (18 November 2016)

Sebelumnya saya mengucapkan happy anniversary buat GAI. Saya mengucapkan terima kasih buat para admin yang sudah bikin group ini dan mau menampung saya dan teman2 lainnya yang ingin menemukan kesembuhan, senior2 yang sdah sembuh yang sering berkolaborasi dengan admin menjawab keluhan parno2 dari kami yang belum menemukan kesembuhan.

Awal bulan agustus lalu saya membuka mata saya dengan perasaan kaget, bukan karna mimpi buruk tapi karna saya sadar saya bukan di rumah. Dimanakah saya? Saya ada di ruangan yang kalo orang denger pasti langsung panik. Ya, saya ada di ruangan UGD dengan ibu saya yang nangis tidak berhenti2 sambil pegang tangan saya. Sambil bilang 'mamah ikhlas teh mamah ikhlas kalo sampe teteh ga ada'.

Jam 3 pagi saya terbangun dari tidur saya dan tiba2 sesak nafas, tegang sampai ke kepala, muka pucet, dada terasa terbakar, tangan kaki berkeringat, badan dingin, rasanya seperti mau tidak ada umur. Ibu saya cepat2 bangunin uda saya dan membawa saya ke RS terdekat tapi saking tidak kuatnya saya menahan semua sakit akhirnya saya pingsan sebelum di angkat ke dalam mobil.
Setelah saya sadar, saya langsung di periksa paru2 dan rekam jantung karna takut saya takut kena jantung. Beruntungnya saya dokter di UGD tahu ciri2 orang yang kena GERD, dokter bilang ke ibu saya kalo saya kena GERD asam lambung yang naik ke essofagus yang menyebabkan heartburn. Hasil rekam jantung dan paru2 bagus tidak ada kelainan. Akhirnya saya di perbolehkan pulang dengan kondisi dada sesak di tambah muntah sampai asam lambung keluar.

4 hari saya tidak bisa makan apapun yang saya bisa hanya muntah, di isi satu sendok bubur muntah besoknya saya sudah bisa makan tapi paling banyak 4 suap. Hasilnya 2 minggu saya turun 5kg. 2 minggu pikiran saya isinya cuma kecemasan takut ga ada umur, searching google sana sini malah bikin parno. Akhirnya saya menemukan group ini dari blog kang Chiko Safaraz. Barulah saya tahu kalau kecemasan saya berasal dari asam lambung saya.

Sebulan saya berusaha melawan GERD dan anxiety saya. Kedut2an sana sini, rusuk bengkak, tidur malem tidak nyenyak, depresi, si sayang ninggalin saya karna tahu saya sakit ini, sampai kepikiran buat bunuh diri. Rasanya seperti bukan diri saya yang hidup. Sebulan saya berdiri dengan kaki saya sendiri dan selalu mengkasihani diri saya sendiri. Siapa pula yang tidak kasihan walaupun itu diri saya sendiri, SMA saya jadi korban bully selama 2 tahun selama 2 tahun itu saya harus survive, ayah saya sayangi yang saya kasihi selama hidup saya dijemput oleh Allah sebulan setelah ulang tahunnya, saat saya sudah bersama orang yang saya kira baik untuk saya ternyata saya salah besar si sayang malah ninggalin saya, dan saya punya kebiasaan buruk yaitu minder sama suka mendem dendam.
Sebulan saya tenangkan diri saya memotivasi diri saya sendiri untuk sembuh.

Tanpa di sangka2 teman SMP saya menghubungi saya dan setiap hari selalu memberi saya semangat dan motivasi. Tahu saya sedang depresi dia menawarkan saya untuk bercerita akhirnya saya ceritakan semua yang ada dalam pikiran saya semua masalah yang membuat saya depresi. Dan sehabis dia bilang kata2 itu saya bener2 terharu nangis, bukan karna saya baper di marahim tapi itu kalimat yang membuat saya menyesal sering mengeluh.

'Tik, kamu itu ada yang di ciptakan atau ngga? Kamu itu ciptaan Allah, Allah menciptakan manusia sedetail mungkin dan pasti ada tujuan kenapa Allah menciptakan manusia. Oh jadi itu seonggok daging yang buat kamu sampe depresi kaya gini? Cuma manusia kan? Kamu udah di butakan sama seorang manusia, kamu di baperin sama manusia aja udah stres apalagi di baperin sama Allah? Cita2 kamu itu lebih penting dari dia. Emang kalo mau masuk surga harus kurus, tinggi, cantik, mancung? Ngga kan? Allah hanya memasukan manusia yang beriman ke dalam surga tanpa syarat fisik apapun. Kalo kamu kaya gini kamu sombong tik! Kamu mendahulukan kehendak Allah kalo kamu sampe berani bunuh diri! Jangan pendem dendam kamu minder kamu! Kamu berharap dia dapat karma kamu berdoa siang malam berdoa biar dia dapat balasan tapi pada saat doa kamu terkabul sebenernya itu bukan doa kamu yang Allah kabul tapi itu berarti Allah udah murka sama kamu udah kecewa sama kamu! Yang harusnya kamu berdoa biar kamu sembuh, biar bisa kejar cita2 kamu, bikin hidup kamu lebih bermakna kamu malah sibuk ngurusin dunia bukan akhirat. Ikhlaskan, Allah tidak pernah melihat hasil tapi Allah selalu melihat proses bagaimana kamu menghadapi semua ujiannya. Bikin kamu sembuh dalam waktu 1 detik aja Allah bisa, apa yang kamu khawatirin pas lagi usaha? Kamu bilang hidup kamu pahit, bukan pahit tapi iman kamu lagi di uji manusia yang beriman pasti di uji seharusnya kamu heran kalo kamu ga di uji. Aku mau kamu sembuh tik, aku mau kamu sehat jangan Pernah mikirin orang yang ga peduli sama kamu biar aja kamu dan Allag yang tau semua usaha kamu untuk sembuh. Aku selalu doain kamu biar cepet sembuh.'

Sehabis denger kata2 itu langsung saya angkat kaki ambil air wudhu, dzikir sampe nangis2. Ternyata benar teman2, disaat kita menghadapi sesuatu dengan ikhlas pasti akan terasa mudah. Saya sudah menjaga pola makan sama konsumsi herbal tea rutin. Hasilnya alhamdulillah saya sudah bisa tahan di kampus dari pagi sampai sore, tidak tiba2 panik attack cuma kliyengan doang kalo diem di tempat rame. Olahraga sabtu-minggu karna senin-jum'at saya kuliah. Saya paksakan diri saya untuk keluar, ngobrol, cari kegiatan yang positif. Jangan biarkan hal2 negatif masuk ke dalam pikiran.

Sudah hampir 2 bulan saya terkena GERD dan anxiety, alhamdulillah sekarang saya hanya sering lapar tiap 3 jam sekali harus di isi makan, hidung tersumbat, kuping seperti kemasukan air sama kuping berdenging. Dan benar jika kita mengikhlaskan yang hilang Allah akan gantikan dengan yang jauh lebih baik dari yang sebelumnya.

Semoga cerita saya bisa memotivasi temen2 GAI disini yang masih berjuang bersama saya ya walaupun isinya curhatan semua. Semoga kita tidak lelah untuk selalu berusaha dan berdoa. Semangat teman2 GAI!

Ayo kita usaha dan sembuh bersama! IKHLAS IKHLAS IKHLAS!
Terima kasih membaca curhatan saya

Pasrah dan perubahan total menuju kesembuhan

oleh Wiwit Tresnowati (10 November 2016)

Perkenalkan nama saya Wiwit Tresnowati Jakarta saya seorang guru SD swasta di Lampung.

Tahun 2016 ini adalah tahun yang mengajarkan banyak hal untuk saya. Suatu pagi saya merasakan apa yang teman2 rasakan dan "perasaan" itu belum pernah saya rasakan sebelumnya. Saya hunting dokter and "all the doctors saids that i am OK... JUST DISPEPSIA. Finally...saya bertekad bila saya hanya memikirkan penyakit ini akan banyak waktu saya yang terbuang tak bermanfaat...sementara tanggung jawab saya besar.

Saya mulai merubah "hidup saya" saya ber HIJRAH pertama saya PASRAHKAN seluruh hidup saya kepada Yang memiliki hidup saya. Kedua saya merubah pola hidup, pola berfikir, dan pola makan dan selagi saya masih hidup saya dapat melakukan banyak hal TERUTAMA memberikan "pelayanan" terbaik untuk keluarga, sahabat, dan anak2 istimewa yang menjadi TUGAS dan TANGGUNG JAWAB saya dunia akherat.

Saya YAKIN dan PERCAYA setiap kebahagiaan dan semangat mereka akan sangat berpengaruh terhadap kebahagiaan dan semangat saya. Senyum mereka mengajarkan kepada saya bahwa hidup itu indah dan bahagia... dan kesembuhan akan saya dapatkan insya Alloh.

Ayo kawan2 banyak hal yang bisa kita lakukan... hidup ini indah bila kita bisa memberi kebahagiaan bagi orang lain. Yakinlah setiap hal baik yang kita lakukan adalah merupakan IBADAH kita kepada Alloh SWT.

Salam sehat dan tetap berfikir positif ya...
"Alloh tidak pernah meninggalkan hambaNya".

Berperang dengan diri sendiri

oleh Mardianti Nadzarini (12 November 2016)

Salah satu musuh terbesar kita adalah ketakutan yg ada di dalam diri kita sendiri.

Saya ngga akan cerita bgmn awal sy kena "penyakit" ini, tp bgmana saya mencoba berteman dengan sensasi-sensasi yg dirasa..salah satunya yaa rasa Takut.

Berbagai perasaan ngga nyaman sudah pernah dirasakan, sampe mellow, nangis, ngadu kesana kesini, ngeluh dll.

Ga jarang perasaan takut juga ikut2an muncul, takut akan penyakit parah, takut pingsan di keramaian, takut nyetir, takut gelap, takut ketinggian dan byk ketakutan lainnya..

Jujur sebelom berkenalan dgn anxie pun, pd dasarnya sy emg penakut. Tapi pada akhirnya kita sering dihadapkan dengan kondisi kita harus lawan rasa takut itu, yaa saat ini, terlihat biasa tp menurut saya ini pencapaian yg luar biasa (maaf lebay), sy org nya mmg takut ketinggian tp saat itu sy punya keyakinan saya harus coba menaiki hammock!

Dengan dikelilingi teman2 yg membuat nyaman, sebelumnya kita melakukan hiking dl, ternyata semua itu membuat saya senang dan saya merasa mendapatkan hormon *endorphine* yg banyakk..Alhamdulillah, pada akhirnya saya mencoba "nekat" aja utk melakukannya..

Kenapa bisa begitu?

Seperti yg disarankan dengan sangat rinci di grup ini oleh para admin yg hebat, semua pola hidup harus di service, Alhamdulillah sedikit2 saya ikuti, mulai dr merubah pola makan, pola pikir, pola hidup, dan inshaaAllah pola ibadah harus berubah juga, secara perlahan semua membaik..
Untuk ituu yuuk sama2 kita move on ke arah yg lbh baik tentunya bersama GAI.

Selamat Ulang Tahun GAI, semoga selalu menginspirasi dan memberikan energi positif utk para member serta selalu diberkahi oleh Allah Swt, aamiin..

GERD & Anxiety, sebuah perjalanan spritual

oleh Aprilianto Amir (15 Mei 2018)

Apa yang harus saya ceritakan tentang saya dan anxie?

Bagi saya perjalanan bersama GERD dan anxie adalah suatu perjalanan spiritual. Saya merasa menemukan diri saya yang sebenarnya lewat ‘anugerah’ ini. Dengan GERD, saya baru mulai menyadari betapa lemahnya tubuh ini, dan bahkan lebih lemah lagi jiwa ini. Jiwa yang selama ini merasa begitu berani, begitu sombong menyambut semua hal baru yang bahkan belum pernah dilihat sebelumnya.

GERD mengajarkan saya arti rapuh, bahwa kekuatan dan kemampuan itu berbatas sama seperti hidup. Bahwa tubuh ini juga punya hak-hak yang harus dipenuhi. Bahwa saya punya kewajiban untuk memelihara tubuh dan memenuhi haknya lewat makanan yang tidak hanya halal, tapi juga thayyib (baik). Dan ketika itu semua gagal dipenuhi, ada sebuah konsekwensi yang harus saya bayar seumur hidup.

Saya membayar konsekwensi itu, berbulan-bulan, berikut bunganya yang masih saya bayar hingga sekarang.

Menyesal? Tentu. Marah? Sedikit. Depresi? Mungkin.  Tapi yang lebih utama dari itu semua adalah rasa syukur dan terima kasih kepada Allah Azza wa Jalla. Dia menganugerahi saya peringatan ini sebagai tanda kasihNya. Bahwa saya diberi kesempatan untuk memperbaiki diri, menjaga tubuh dan jiwa ini dari kerusakan yang lebih berat. Betapa banyak orang di luar sana yang tidak punya kesempatan seperti saya untuk menjalani hidup dengan lebih baik dan bijak. Alhamdulillah.

Bekal syukur ini juga yang membebaskan saya dari anxiety disorder. Saya menerima ketentuanNya, bahwa hidup ini hanya titipan sementara. Dan ketika saya sudah mampu menghadirkan ikhlas, pasrah dan tawakkal di dalam diri, seiring waktu anxie yang dulu begitu menyiksa bisa saya singkirkan. Sungguh, beragam sensasi itu hanya sebuah permainan pikiran. Pikiran yang tidak ikhlas, pasrah dan tawakkal. Saya tidak boleh kalah!

Saya Aprilianto Amir, penguasa pikiran saya sendiri, saya GERDIans, saya melawan anxie dan saya akan menang!

Salam hangat dari kota hujan Bogor,
Tetap semangat, jangan kasih kendor!

Bukti Tuhan selalu membimbing Umat-Nya

oleh Andy Yunanda Asianto (18 November 2016)

1 tahun berawal dari banyak hal yg saya lalui, pahit dan manis saya rasakan, jatuh bangun saya lewati.. november 2015 awal mula saya mengalami gangguan fungsional. Berbagai cara saya lakukan karena saya begitu penasaran. Sebelumnya, ketika sblm saya mengalami ini, memang disebabkan ada bbrp faktor. Saya mengalami depresi yg sangatlah hebat ketika saya harus tidak direstui berhubungan dg seseorang yg pernah saya sayangi.

Kami menjalani hubungan selama hampir 1 tahun. Alasan tdk direstui adalah faktor usia kami yg berbeda. Saya berada 3 tahun dibawahnya. Posisi tsb lah yg menjadi alasan kenapa kami tdk direstui. Disamping itu saya sdg menjalani proses skripsi study saya. Dgn hilangnya dukungan, tapi saya tetap dg cita2 utk menyelesaikannya. Walau dulu doi menuntut saya utk segera menyelesaikan agar kita bisa menikah di tahun depannya. Sebelum ini semua, saya memang mulai dg kehidupan yg tdk karuan. Saya selalu pulang pagi, pergaulan yg bebas, dan Lupa dengan Ibadah. Imbasnya, saya mendapat cobaan dari Allah. Ini ujian, sbrp kuat saya menghadapi.

Tapi disitu, Allah menuntun saya.

Saya menemukan GAI, wadah untuk saling berbagi keluh kesah. Segala beban yg saya rasa, bersama saudara2 di GAI kita saling sharing atau berbagi satu sama lain. Dan akhirnya saya menemukan senior saya yg selalu support dan sampai membully saya untuk memotivasi agar MOVE ON.. @sulitno jaya, beliau lah yg tdk pernah berhenti menjawab dan memberi motivasi kepada saya. Saya selalu merengek akan apa yg saya alami. Tapi beliau lah yg meyakinkan saya. Tapi tidak hanya beliau. Pendiri GAI selaku admin, jg selalu memberikan penjelasan dan nasehat kepada saya. Agar saya selalu positif, berani dan percaya diri. Perlahan, saya bisa mulai bangkit dan Alhamdulillah, semua kegiatan bisa saya lakukan kembali hingga saya bisa Wisuda dan membanggakan keluarga.

Dengan saya belajar dr pengalaman ini, Allah selalu membukakan mata hati dan pikiran saya.

Subhanallah Walhamdulillah. Begitu sayangNya kepada kita. Selalu menunjukan jalan bagi kita untuk sbg UmatNya yg beriman dan taat beragama.

Kisah move on dari 1001 sensasi

oleh Dian Ariyani (24 Januari 2015)

Alhamdulillahirobbilalamin, Terimakasih Allah, kondisi saya uda 90% normal *ga berani takabur bilang 100%* big thanks n kecup mesrah to earlia natalie,angeline rike mahendra, chiko thanks artikel2nya, admin2 semua& member gai dimana saya belajar dalam diam :) alias silent reader melalui apa yang kalian share dan tulis lewat posting.

Keluhan saya bermula oktober 2014 setelah bertahun tahun sebelumnya ada masalah internal yang membuat saya kecewa berkepanjangan, depresi tidak ingin hidup, putus asa,menyesal,tertekan,kecemasan terhadap masa depan,ketakutan dan emosi2 negatif lainya akibat dr tumpukan masalah yang tidak dislesaikan dan dihadapi dengan baik, begitu lamanya menjadi seperti itu seperti tidak menemukan jalan untuk kembali sampai Tuhan memberikan sakit ini sebagai titik balik saya untuk mulai memegang kendali atas diri sendiri.

Diawali dengan keluhan rasa hangat dr punggung yang berpindah pindah ke telapak kaki makin lama makin panas seperti terbakar tapi suhu tubuh normal. Ngantuk yang teramat sangat setelah makan, sebelumnya ingin mati malah jadi takut mati, yang sebelumnya suka kesunyian dan sendiri- jadi gelisah dan takut kalo sendiri dalam sepi, yang sebelumnya tegar kuat dan mandiri mendadak jadi cengeng,lebay dan suka nangis, menguap terus menerus,kedutan dimana mana bahkan di kelopak mata kiri kedutan terus menerus tanpa henti, kram, kesemutan, merinding, kecemasan tanpa alasan, jantung berdetak keras, rasa melayang, rasa menjalar di kepala bawah membuat kepala seperti dibetot, berasa gempa bumi, tidak bisa tidur siang karena kaget2 bahkan suara pintu bisa membuat jantung saya berdetak lebih cepat, kebangun dengan perasaan mau end, saya jd cengeng dan merasa tidak mampu melakukan pekerjaan walo hanya cuci piring membuat saya stres, sempat berpikir antara sakit syaraf apa menopose dini krn ada rasa kebakar. Sampai akhirnya ke dokter ketika mengalami rasa menjalar yg membuat kepala bawah kaku. Takut strok.

Ke dokter disimpulkan bahwa saya mengalami apa yang disebut reflux asam lambung, disinilah untuk pertama kalinya dalam hidup tau istilah 'reflux' dan berkat kata kunci ini juga saya jd bisa mencari tau tentang apa yang saya alami, setelah sebelumnya prasangka bermunculan dari yang mistik sampe yang horor macem kanker. Berasa ga percaya krn saya merasa ga sakit perut hehe lambung ga ada nyeri. Tp saya ikuti resep dokter utk 7hr dan diharuskan kontrol apabila tidak ada perbaikan, ternyata setelah 7hr obat habis belum membaik. Terpikir apakah harus kontrol lagi? Yang artinya kudu minum obat lagi?sampai kapan? Saya berpikir bahwa saya harus tau akar permasalahannya, di titik itu saya masih ga 'ngeh' bahwa penyebabnya begitu dekat dengan diri saya sendiri, blm yakin bahwa otak stres saya biang keladinya, seperti diketahui 'Justru orang yg benar2 stres ga merasa kalo dirinya stres'.

Dari situ mencoba sebisa saya untuk open mind, Saya mulai mencari tau apa yg saya alami dan ketemu sama grup ini banyak membaca dan jd lebih tau apa yang harus saya lakukan utk hadapi ini.

Saya memulai dengan berusaha menormalkan ph tubuh saya, dengan minum lemon hangat, yangvterpikir ketika itu adalah makanan yg ber ph tinggi saya searching dan menemukan bahwa lemon ber ph 9, dan di hari pertama minum efeknya terasa saya lebih berenergi dan mulai bisa mengerjakan pekerjaan rumah. Karena tubuh berasa meriang di dalam saya berpikir harus memberinya cukup cairan, terpikir untuk banyak makan buah yang berair seperti semangka melon, timun, pir, dan minum cukup air. Ternyata sangat nyaman saya rasakan. Karena makanan makanan itu memberi saya efek positif maka Selanjutnya saya membuat pola makan yang saya patuhi makan di jam yg sama. Makan buah 2jam sblm makan. Jus sayuran di sore dan malam hari serta vit B. Saya juga mulai menyelesaikan satu2 masalah yg mengendap termasuk mengambil keputusan untuk melakukan oprasi fam, yg selama ini juga menjadi sumber kecemasan saya. Memperbaiki hubungan dengan Tuhan, meminta maaf kepada, suami ibu dan anak.

Setiap akan tidur malam saya bicara dengan tubuh saya meminta maaf karena selama ini tidak menjaga dengan baik, dan tidak memberikan istirahat yang cukup krn suka tidur terlalu larut dan bekerja tanpa istirahat. Mengutarakan dan menyelesaikan dengan baik endapan2 emosi serta pikiran saya pada sahabat saya tercinta (suami) dengan jujur tanpa jaim, melepaskan ego yg saya genggam kuat selama ini, melepaskan keinginan yg tidak realistis dan menjalani apa yang ada dengan rasa syukur. Apakah selesai?belum. Tentu ada masalah yang tidak bisa saya slesaikan dan bereskan karena terbentur pada batasan2, walo saya berusaha menyelesaikannya, maka saya memilih untuk meletakkan beban itu dan membungkusnya dan menyerahkan sepenuhnya pada Sang Sutradara Agung agar diberikan penyelesaian yang terbaik.

Saat cemas datang saya bicara pada Tuhan baik melalui tahajud maupun spontan. Saat berusaha utk sembuh, apa yang membuat saya yakin adalah bahwa di grup uda banyak yang sembuh terutama chiko dan earlia. Saya mengikuti apa yang mereka posting dan langkah apa yg dilakukan. Saya membaca keluhan teman2 di grup dan mencatat solusinya. Dalam prosesnya sensasi juga datang silih berganti dan bekal dari grup membuat saya tidak takut menghadapi sensasi sekaligus menyelesaikannya dari herbal tea sampe jus kubis berefek positif pada saya. Mulai rutin olah raga jalan kaki dan berenang walau saat itu sempat takut air takut mandi Sampai akhirnya Januari 2015 saya kembali normal. Saya bs hadapin oprasi saya dan bahkan puasa pre dan pasca oprasi bs saya jalani dengan baik.